“Saat Erupsi terjadi kami berada di kawasan Cadar, spontan kami berlindung di balik batu besar, namun batu-batu dari atas terus menghujani kami, sehingga kamipun luka-luka,” tutur Rofid.
Dikatakannya lagi, saat itu jarak pandang pun sangat terbatas hingga merekapun sulit untuk melihat rekan-rekan yang lain.
“Saat erupsi kabut asap sangat tebal, hingga kami kesulitan untuk melihat dan bernafas. Namun kami tetap berusaha berlindung menggunakan alat seadanya, seperti melindungi kepada dengan tas,” ungkapnya.
Tangan dan jari Rofid pun tampak terperban, selain mengalami luka bakar, jarinya pun sangat kesakitan karena menahan batu besar tersebut agar tidak menimpa mereka.
“Saat kondisi cukup memungkinkan, kami terus berjuang dan bertahan hingga akhirnya di bantu oleh tim penyelamat, dan dibawa ke posko,” pungkasnya. (*)














