Bila kita perhatikan bahwa seluruh DAS yang terdapat di Sumatera Barat berhulu dari Bukit Barisan yang tutupan hutannya sudah tergerus oleh perambahan hutan dan galian tambang liar maupun alih fungsi lahan lainnya yang mengakibatkan kualitas tutupan hutan sudah menurun pula dan beberapa DAS diantaranya ada yang bermuara ke pantai Barat dan sebagian lagi bermuara ke pantai Timur baik yang melalui Provinsi Riau maupun yang melalui Provinsi Jambi.
Fenomena berbagai kerusakan dan kehancuran baik biotik maupun abiotik tersebut telah menyebabkan tergiringnya penurunan kualitas lingkungan hidup serta telah mengakibatkan terjadinya berbagai bencana alam seperti longsor, banjir, kekeringan, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Bila diperhatikan kerusakan lingkungan ini disebabkan oleh ulah perbuatan manusia itu sendiri dan dampak negatifnya tentu akan dirasakan oleh manusia dimanapun berada di kawasan DAS tersebut yang mengalami berbagai bencana lingkungan. Hal ini tidak terlepas dari akibat kesadaran masyarakat cenderung menurun untuk menjaga, merawat, serta melestarikan lingkungan hidup.
Bentangan alam yang merupakan lingkungan tempat hunian semua biota makhluk hidup termasuk manusia, hewan dan tumbuhan harus dijaga dan dipelihara kelestariannya . Upaya menjaga lingkungan sangat penting artinya untuk keberlangsungan hidup bagi makhluk hidup itu sendiri . Apabila kondisi lingkungan tidak baik dan tidak kondusif tentu berdampak tidak baik pula bagi manusia, hewan, tumbuhan dan biota lainnya ini berarti tidak dapat melangsungkan kehidupannya dengan baik dan tidak bisa bertahan hidup secara wajar dan akhirnya menjadi punah. Namun kenyataan itu sekarang memang telah mengalami kerusakan dan kemunduran kualitas lingkungan dan ini semua karena ulah manusia yang tidak peduli terhadap kondisi lingkungan dan tidak bertanggung jawab pula.
Hulu DAS Kampar merupakan indikator permasalahan yang masih belum terselesaikan sampai saat ini. Hal ini disebabkan karena curah hujan yang tinggi sehingga meluapnya Sungai Batang Mahat dan Batang Kapur. Bencana banjir dimusim hujan dan kekeringan dimusim kemarau yang terjadi pada wilayah Hulu DAS Kampar dapat merugikan banyak pihak Dalam hal ini, diperlukan upaya dalam memperbaiki keadaan lingkungan biofisik pada wilayah Hulu DAS Kampar..
Maka momen kegiatan peringatan HMPI di Hulu DAS Kampar di Wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota sebuah langkah yang tepat “Maminteh Sabalun Hanyuik” pesan Gubernur Sumatera Barat dalam amanatnya pada pembukaan FGD Implementasi Imbal Jasa Lingkungan ( IJL ) PLTA Koto Panjang di Hotel Pangeran Beach Padang, tanggal 19 Juni 2023 yang lalu.
Disadari bahwa upaya untuk melestarikan DAS dan lingkungan hidup tidak hanya menjadi tanggung jawab Pengelola Daerah, akan tetapi juga merupakan tanggung jawab perorangan, masyarakat saja, akan tetapi tanggung jawab dari semua pihak baik Pertanian, Perkebunan, Industri Tambang, PLTA, PDAM maupun penduduk yang hidup dan bermukim di kawasan tersebut. (*)










