Menurut Ade, terjangan banjir lahar dingin yang melanda Bukik Batabuah, Kabupaten Agam dua bulan yang lalu, seharusnya bisa membuat pemerintah daerah aware atau lebih siap dalam menghadapi potensi ancaman bencana lanjutan Gunung Marapi.
Banyaknya jumlah korban jiwa yang direnggut oleh bencana banjir bandang lahar dingin kali ini, mengindikasikan pemerintah abai dan tidak peka dalam merespons potensi bencana yang sudah ada di pelupuk mata.
Sebab menurutnya, apabila bencana seperti ini tidak disikapi dan diurus dengan serius, maka ancamannya akan semakin membesar dan meluas. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah nagari yang menjadi korban dahsyatnya terjangan banjir bandang aliran lahar dingin Marapi kali ini.
“Itu terbukti. Jika dua bulan lalu bencana itu hanya melanda Bukik Batabuah dan sekitarnya saja, maka sekarang sudah meluas bahkan sampai ke daerah yang berada di luar zona 7 km dari puncak. Malah sampai ke Lembah Anai yang jauh dari Marapi,” ucapnya.
Ia menegaskan, bencana tidak dapat ditolak, namun risiko dan dampaknya dapat diminimalisasi. Salah satu langkah konkretnya adalah dengan memasifkan program edukasi kesiapsiagaan dan kewaspadaan masyarakat yang bermukim di kawasan rawan bencana.
Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan bencana bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi ini, ia bersama Relawan Mitigasi Marapi telah membuat peta kerawanan bencana digital.














