Nurhayati berharap, pemerintah daerah segera membangun batu grip pemecah ombak untuk mengatasi banjir rob yang melanda korong tersebut. Dari pantauan Haluan, tepian pantai pada sejauh mata memandang tidak terdapat batu grip.
“Harapannya, agar pemerintah bisa membangun batu grip di sini. Setiap kali ombak pasang, kami selalu diikuti rasa khawatir kalau bakal terjadi banjir rob,” katanya.
Nasrizal (62) juga mengalami kejadian serupa. Rumahnya yang berada satu barisan dengan Nurhayati hancur oleh banjir rob. Pada bekas pijakan bangunan tersebut, tampak abrasi pantai yang ikut mengancam keberadaan pohon-pohon sekitar.
“Pasang naik sekitar pukul setengah delapan pagi. Lalu, ombak besar datang dan menghantam rumah dan bangunan lain di sini sekitar tiga jam lamanya,” kata Nasrizal.
Sementara itu, Camat Sungai Limau, Dawanis mengatakan, sebanyak 65 bangunan di daerah tersebut terdampak banjir rob yang menghadang pada Selasa (28/5) lalu. Di antaranya ada juga bangunan pemerintah seperti SDN 27 Sungai Limau, SMPN 4 Sungai Limau dan SMAN 1 Sungai Limau.
“Dari yang terdampak belum diklarifikasi tingkat kerusakannya. Ada yang rumahnya tidak bisa dihuni, ada yang terendam saja bersama seluruh peralatan,” ujarnya.














