Budaya: Budaya Minangkabau kaya akan seni, musik, tarian, dan masakan yang khas, ini adalah sesuatu kebenaran yang tak bisa disangkal. Tetapi makna budaya tidak hanya sesempit itu. Budaya adalah cara hidup yang sangat luas cakupannya. Cara hidup (budaya) orang Minangkabau rujukan utamanya adalah prinsip yang ada dalam falsafah Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), itulah dasar jati diri budaya Minangkabau. Sekarang pertanyaannya, sejauh mana kah pengetahuan dan pemahaman para tokoh dan pemimpin Minangkabau saat ini tentang ABS-SBK? Sekarang, mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau (BAM) sudah dihapuskan. Sedangkan BAM itu adalah aspek dasar bagi anak-anak Minangkabau untuk memahami ABS-SBK sebagai dasar jati diri budaya mereka. Sejak 2013 secara umum anak-anak Minangkabau tidak lagi punya sarana untuk mengenal pondasi budaya mereka. Sekarang mereka sedang dilibas oleh arus globalisasi dan modernisasi. Jadi jangan salahkan jika ada generasi hari ini terperosok ke dalam pengaruh budaya luar yang tidak sehat. LGBT adalah budaya dari luar, kehilangan keperawanan dan keperjakaan adalah sesuatu yang biasa dalam budaya luar. Melawan kepada orang tua dan guru adalah juga budaya dari luar. Dulu ketika jati diri budaya masyarakat masih kuat, jika kedapatan ada laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim jalan berdua saja, itu sudah jadi bahan gunjingan, itulah bentuk kontrol sosial. Sekarang duduk berdua-dua-an dan berpelukan di taman gelap sudah jadi hal biasa. Baru-baru ini, sebuah klip video beredar di media sosial, ada tiga orang perempuan murtadin Minangkabau cuap-cuap dan tanpa malu mengaku pindah agama. Mereka tidak pikir lagi betapa malunya keluarga sesuku dan sekaumnya di kampung. Ini semua karena jati diri budaya yang sudah hilang, sehingga hilang pula rasa malu dan kebersamaan.
Dari keterangan di atas, dapat diambil intinya bahwa pembangunan dari segi aspek politik dan ekonomi di Sumbar memang kurang bergerak maju. Hal ini karena ketimpangan ekonomi dan konflik politik masih menjadi tantangan yang perlu diatasi. Dalam bidang sosial budaya, perubahan terus terjadi, keberadaan budaya tradisional semakin terpinggirkan, walaupun masih ada yang ingin tetap bertahan, tetapi kondisi mereka tertatih-tatih karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Sementara yang lain sudah hanyut dalam derasnya pengaruh globalisasi dan modernisasi. Dari segi pertahanan dan keamanan, secara umum, Sumatera Barat atau Minangkabau relatif masih stabil meskipun beberapa tantangan keamanan seperti kejahatan dan konflik sosial masih ada. (*)
Oleh: Dirwan Ahmad Darwis
(Pencinta Sejarah, Budaya dan Bahasa Minangkabau)














