“Khusus di Sumatera Barat mencapai 10,9 persen atau 570 ribu orang sudah lansia dari total 5,6 juta jiwa penduduk Sumatera Barat Kondisi ini memberikan gambaran perlunya peningkatan kualitas hidup lanjut usia, sehingga mereka dapat tetap produktif dan bermartabat,” ujarnya.
Fatmawati menambahkan berbagai upaya diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia. Upaya tersebut tidak hanya terkait bidang kependudukan saja, melainkan aspek kehidupan lainnya, seperti sosial, ekonomi, ketenagakerjaan, dan kesehatan.
“BKKBN menghadirkan Program Sekolah Lansia tentu berdasar dari harapan kita semua, bahwa setelah peserta di wisuda hari ini dapat tercipta lansia tangguh berdasarkan 7 dimensi yang dirumuskan, baik dalam segi dimensi spiritual, dimensi fisik, dimensi vokasional, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi hobi dan dimensi intelektual,” ucapnya.
Saat ini BKKBN juga sudah membangun Aplikasi Go Lansia Tangguh (GOLANTANG) yang bisa didapatkan oleh keluarga yang memiliki lansia atau lansia itu sendiri di Play Store untuk membantu dalam mendampingi lansia menjadi lansia tangguh.
“Para wisudawan-wisudawati dapat terus memanfaatkan aplikasi ini sebagai panduan keseharian mereka untuk hidup sehat dan bahagia,” katanya.
Ia menambahkan Lansia tangguh bukan merupakan beban bagi keluarga, masyarakat dan Negara melainkan menjadi suatu potensi bagi pembangunan keluarga. Potensi lansia tangguh tersebut dalam kehidupan sehari-hari sangat berperan dalam masing-masing keluarga karena berperan sebagai pengasuh anak cucu dan grand parenting. Bahkan dengan pengalaman dan pengetahuan lansia tersebut bisa membantu percepatan penurunan stunting.
“Melalui kegiatan ini diharapkan juga semua peserta wisuda ini bisa memberikan transfer ilmu kepada lingkungan keluarga masing-masing termasuk sebayanya,” ujarnya. (*)














