PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – “Maarak saroban” merupakan salah satu prosesi dalam Pesona Budaya Tabuik yang menyimbolkan tutup kepala milik cucu Rasulullah SAW, Husain. Tahun ini, prosesi tersebut berlangsung pada 9 Muharram 1446 H.
Tuo Tabuik Pasa, Zulbakri menjelaskan, prosesi “maarak saroban” mirip seperti maarak jari-jari. Bedanya, benda yang diarak merupakan saroban atau serban yang diarak keliling kampung oleh kelompok Tabuik Pasa dan Subarang.
“Tujuan dari maarak saroban adalah menginformasikan kepada masyarakat bahwa penutup kepala atau saroban Husein yang gugur di Padang Karbala telah ditemukan,” katanya.
Pada kesempatannya, Haluan menyaksikan pembawa saroban berkeliling ke toko-toko di Pasar Pariaman. Menurut tradisinya, masyarakat sekitar akan memberi sumbangan ketika pembawa saroban mendatangi mereka.
Sama dengan peristiwa maarak panja, prosesi ini juga diiringi oleh permainan perkusi yaitu gandang tambua dan gandang tasa. Rombongan Tabuik Pasa dan Subarang juga membawa miniatur tabuik lenong yang semakin memeriahkan acara.
Zulbakri menerangkan, seluruh rangkaian prosesi Tabuik menggambarkan peristiwa gugurnya Husain di Padang Karbala. Ia dibunuh secara keji oleh tentara Raja Yazid Bin Muawiyah.
“Pada perang Karbala, Husain dibantai oleh tentara Yazid. Kepalanya terpisah dari badan serta jari-jarinya dipotong. Pengikut Husain, kemudian mencari dan mengumpulkan jenazah Husain,” paparnya.
Ritual mengarak sorban menjadi representasi para pengikut Husain menemukan serban Husain.
“Melalui ritual ini kita menciptakan semangat, mengangkat harga diri dan mendorong keinginan untuk membela kebenaran sebagaimana Husain ketika berperang mempertahankan haknya,” tuturnya.
Setelah maarak saroban, prosesi Tabuik akan dilanjutkan dengan Tabuik naiak pangkek dan prosesi puncak Tabuik dihoyak dan dibuang ke laut pada 21 Juli 2024.
Adapun rangkaian prosesi sebelumnya dimulai dari 1 Muharram 1446 hijriah dengan maambiak tanah, maambiak batang pisang, turun panja, maatam dan maarak jari-jari. (*)














