KOTA SOLOK, HARIANHALUAN.ID – Solok Muda Indonesia Foudation merayakan hari jadi yang ke-3 tahun di Villa Deyofa Alahan Panjang, Senin (29/7/2024). Perayaan hari jadi ini, diisi oleh anggota Solok Muda dengan diskusi bertemakan “Mahakarya Kawula Muda dalam Berkolaborasi untuk Membangun Solok Raya”.
Pada kesempatan itu, Chief Executive Officer (CEO) Solok Muda dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Solok Muda Indonesia, Khairul Mufaddal menyebutkan, bahwa tahun 2024 merupakan tahun dimana pemilihan kepala daerah kembali dilakukan, yang itu artinya suara anak muda akan kembali dielu-elukan sebagai pemilih terbanyak.
“Dan pesta politik atau Pilkada 2024 nantinya merupakan yang petama dilalui Solok Muda sejak berdiri. Untuk itu, telah banyak di luar sana orang yang berpersepsi Solok Muda ini adalah produk politik, meskipun itu tidak tepat, tapi kami tidak pernah membantahnya,” katanya.
Sebab, sebagaimana yang Solok Muda cita-citakan adalah bagaimana nantinya pemuda, mahasiwa dan pelajar di Solok Raya ini bisa ikut andil dalam mewarnai pesta politik yang ada di Solok Raya. Tentunya keikutsertaan tersebut bukan keikutsertaan yang asal ikut saja, melainkan dengan gagasan dan berperan aktif sebagai pemeran utama, bukan hanya dianggap sebagai figuran politik saja.
CEO Solok Muda tersebut juga medorong rekan-rekannya di Solok Muda untuk menjadi promotor edukasi politik bagi anak muda Solok Raya, yang nantinya itu dapat memberikan pesan kepada calon kepala daerah, bahwa suara masyarakat ini bukan hanya untuk dijadikan kalkulasi pas perhitungan suara saja.
“Kita orang muda, generasi masa depan dengan populasi terbanyak yang seringkali disebut bonus demografi, harus ikut andil dalam memberikan pesan kepada calon kepala daerah agar suara kita orang muda bukan hanya dijadikan subjek politik, tapi juga harus dilihat dengan kacamata politis bahwa kita merupakan kepentingan tertinggi sebagai aset masadepan daerah,” ucapnya.
Memberikan wadah untuk peran politik bagi kawula muda khusunya di Solok Raya, dijelaskan Khairul, harus menjadi perhatian khusus semua pihak, karena selama ia melihat bahwa anak muda tak pernah diberikan ruang dialektis untuk menampung ide, gagasan, serta peran aktif intelektual muda dalam mewarnai pesta demokrasi pemilihan kepala daerah Solok Raya dan Sumatera Barat. (*)














