Penerapan Sistem One Way Padang-Bukittinggi Tak Semulus Saat Ujicoba

BUKITTINGGI, HARIANHALUAN.ID — Penerapan sistem one way alias satu satu jalur Padang-Bukittinggi selama libur Lebaran ternyata tak semulus pada saat ujicoba beberapa hari lalu.

Banyak pengendara yang melalui jalur tersebut justru merasa tak ada perubahan sama sekali dengan situasi tahun-tahun sebelumnya. Kemacetan tetap tak terhindarkan.

Saat ujicoba, program itu memang terlihat efektif, namun saat Lebaran ternyata tidak begitu memberi efek yang signifikan terhadap penanggulangan kemacetan.

Angga (33) salah seorang pengendara menilai program ini malah menyisakan persoalan baru yang malah membikin kemacetan makin parah.

“Penumpukan kendaraan semakin tak terarah, khususnya di ujung waktu pemberlakuan sistem ini. Warga dari arah Bukittinggi rebutan masuk ke jalan biasa menuju Padang. Sedangkan antrean kendaraan dari Padang belum terurai sepenuhnya,” katanya.

Akibat hal tersebut, Angga mengaku perjalanan dari Payakumbuh ke Padang pada H+2 Lebaran makin lama.

“Tadi saya dari Payakumbuh ke Padang kurang lebih 5 jam. Karena memang sampai di Bukittinggi itu sudah sore,” ucapnya.

Memang, pada pukul 15.00 WIB tampak antrean kendaraan mengular di jalur Bukittinggi-Padang mulai terjadi sejak Simpang Jambu Aia-Padang Lua-hingga Batagak.

Sementara, dari arah Padang menuju Bukitinggi, kemacetan terjadi sejak Koto Baru hingga Simpang Padang Lua.

Petugas Dishub Bukittinggi Tomi Utama, yang bertugas di Posko Pengaturan Lalin Padang Lua, mengatakan kepadatan arus terjadi sejak pukul 15.00 WIB.

“Kepadatan kendaraan mulai terjadi sejak pukul 15.00 WIB dan memuncak usai One Way,” ungkapnya.

Petugas Kepolisian tampak sangat sibuk mengatur lalin terutama di Simpang Padang Lua terutama pascapemberlakuan pukul 16.00 WIB.

Pengendara lain, Ali Rusyid (42) juga mengungkapkan hal serupa dengan Angga. Bahkan ia menilai kebijakan tersebut malah percuma.

Sebab menurut dia, sistem one way malah memperburuk situasi lalulintas, lantaran tingginya volume kendaraan.

“Pertama jalurnya kecil, kedua volume kendaraan sangat tinggi. Dari hal itu saja bisa kita nilai bahwa one way tidak tepat.”

“Kecuali ruas jalannya lebih lebar, dan volume kendaraan dari kedua arah tidak sama-sama tinggi,” beber Ali.

Ia menjelaskan, one way bisa diterapkan kalau volume kendaraan dari salah satu arus tidak tinggi.

“Misal dari arah Padang ramai, dari arah Bukittinggi sepi. Baru bisa dibikin one way. Jadi tidak ada arus yang terganggu.”

“Ini kan tidak, arus lalin dari kedua arah sama-sama ramai. Padat malah. Makanya percuma saja dibikin one way.”

“Sebaiknya dioptimalkan saja jalur alternatif. Itu lebih baik, mengingat Bukittinggi ini jalur perlintasan ke banyak daerah,” pungkasnya.

Sebelumnya, pihak Kepolisian dan Pemprov Sumbar meminta masyarakat memahami kebijakan ini. Sebab program tersebut bertujuan agar masyarakat tidak menghabiskan waktu di jalanan karena macet, kala bersilaturahmi Lebaran.(ktm)

Exit mobile version