Teks foto: Ilustrasi sapi bali
PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Sebanyak 14 ekor sapi bali di Kabupaten Padang Pariaman mati karena terserang penyakit jembrana. Penyakit tersebut tidak memiliki gejala spesifik yang dapat dilihat dari luar lantaran adanya mutasi virus.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Disnakkeswan Padang Pariaman, Devi Yanti mengatakan, penyebab kematian 14 ekor sapi itu baru diketahui usai melakukan pemeriksaan laboratorium.
“Penyakit jembrana ini sebelumnya juga sudah pernah menyerang sapi bali di Kabupaten Padang Pariaman. Tapi, sekarang muncul lagi letupan kasus dengan gejala yang tidak tampak dari luar,” katanya pada Kamis (13/6).
Devi menyebut, sapi bali yang mengidap penyakit jembrana biasanya menunjukkan gejala keringat darah. Namun, saat ini, penyakit tersebut hanya ditandai dengan nafsu makan yang hilang, demam tinggi hingga kematian.
“Setelah dilakukan pemeriksaan bedah bangkai pada sapi bali yang mati, terlihat limpanya membesar. Kemudian cek laboratorium dengan hasil positif jembrana,” katanya.
Sementara itu, letupan kasus jembrana diduga karena tingginya lalu lintas ternak untuk memenuhi kebutuhan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha 1445. Salah satu daerah yang menjadi pemasok sapi bali di Kabupaten Padang Pariaman ialah Provinsi Bengkulu yang saat ini juga tengah dilanda virus serupa.
“Untuk langka antisipasi terjadinya penularan, kami melakukan desinfeksi dengan menyemprot kandang karena penularan virusnya melalui lalat yaitu, lalat Tabanus. Jadi, harus lebih memerhatikan kebersihan kandang,” kata Devi.
Selain memperhatikan kebersihan kandang, Devi mengatakan bahwa pihaknya juga telah melakukan vaksinasi dengan radius satu kilometer dari lokasi terdampak. Sebab, virus tersebut dapat menular antar sesama sapi bali.
Penyakit jembrana yang merebak di Kabupaten Padang Pariaman telah terjadi dalam dua minggu terakhir. Sejauh ini, ada tiga kecamatan terdampak, yaitu Batang Anai, Ulakan Tapakis, dan Nan Sabaris yang merupakan kantong sapi bali. (*)