Arlen bercerita, pernah mendapatkan bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), yang membantunya memulai usaha sendiri setelah bekerja dengan orang lain di Silaing selama 15 tahun. Arlen memiliki tiga anak perempuan. Meski belum sepenuhnya terjun dalam usaha ini, ia optimis tradisi ini akan mereka teruskan suatu saat nanti.
“Sayang sekali kalau tradisi ini punah. Padang Panjang harus punya kebanggaan dengan karya asli seperti ini. Tarompa Datuak bukan sekadar sandal, ini adalah jejak sejarah, simbol adat, dan bukti cinta terhadap warisan Niniak Mamak terdahulu. Saya hanya ingin tradisi ini hidup, dikenal, dan dihargai. Bukan untuk saya saja, tapi untuk Padang Panjang dan generasi selanjutnya,” katanya penuh harap.
Meski tak memiliki nama tempat usaha, pelanggan dari berbagai daerah, seperti Batam, Bukittinggi, hingga Pulau Jawa, tetap datang langsung untuk memesan karya Arlen. Sandalnya dijual seharga Rp200.000 hingga Rp250.000, tergantung jenis dan tingkat kesulitannya. (*)