SOLOK SELATAN, HARIANHALUAN.ID- PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) mulai mematangkan persiapan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) tahap kedua yang akan memiliki kapasitas listrik 80 MW.
Ditargetkan mulai September 2025, PT SEML yang berlokasi di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatra Barat, akan melakukan pengeboran delapan sumur untuk mendukung pengembangan proyek PLTP tahap kedua ini.
“Untuk pengembangan PLTP tahap kedua, kami akan melakukan pengeboran delapan sumur, terdiri dari empat sumur untuk produksi (Wellpad H dan F) dan empat sumur untuk injeksi (Wellpad D dan K),” kata Senior Drilling Engineer PT SEML, Gilang Rifki Arif.
“Pengeboran akan dilakukan menggunakan satu unit drilling rig, dan Spud Date atau waktu mulai pengeboran ditargetkan pada September 2025,” tambahnya saat sosialisasi PLTP tahap II di Padang, pada 16 Februari 2025.
Durasi pengeboran, termasuk proses mobilisasi dan demobilisasi, diperkirakan akan memakan waktu sekitar 16 bulan, dengan kedalaman sumur produksi mencapai 3.200 meter dan sumur injeksi sekitar 2.500 meter.
Mobilisasi casing (150 muatan) akan dimulai pada April 2025 selama kurang lebih dua bulan, sementara mobilisasi rig (180 muatan) direncanakan dimulai pada Juni 2025 selama 90 hari.
“Mobilisasi peralatan pengeboran (rig), material semen, dan lumpur (sekitar 60 muatan) akan dilakukan secara paralel dengan mobilisasi rig,” jelas Gilang.
M. Arief Tarunaprawira, Senior Manager Safety, Health, and Environment (SHE) PT SEML, menambahkan bahwa pengeboran tidak dilakukan secara vertikal, tetapi dapat melengkung atau berbelok pada kedalaman tertentu.
“Pengeboran tidak dilakukan tegak lurus (vertikal), melainkan bisa melengkung atau berbelok pada kedalaman tertentu, dan semua pengeboran dilakukan di luar kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Ukuran lubang pada kedalaman 2,5 km hingga 3,2 km hanya sekitar 9 x 8 inci,” ujar Arief.
Senada dengan itu, Herwin, Development Geologist Manager PT SEML, menjelaskan bahwa pengeboran sumur dengan kedalaman 3,2 km tidak akan menyentuh sesar Semangko Segmen Suliti, sehingga potensi dampaknya terhadap aktivitas gempa bumi di Pulau Sumatra sangat minim.
Ada lima jenis interval pengeboran sumur dengan kedalaman tertentu. Pertama, Interval Conductor pada kedalaman 30 meter – 50 meter dengan ukuran lubang 36 inci x 30 inci. Kedua, Interval Surface pada kedalaman 250 meter – 450 meter dengan ukuran lubang sekitar 26 inci x 20 inci.
Ketiga, Interval Production pada kedalaman 1 km – 1,45 km dengan ukuran lubang sekitar 17 inci x 13 inci.Selanjutnya, Interval Reservoir 1 pada kedalaman 2 km – 2,8 km memiliki ukuran lubang sekitar 12 inci x 10 inci, dan Interval Reservoir 2 pada kedalaman 2,5 km – 3,2 km dengan ukuran lubang sekitar 9 inci x 8 inci.
M. Arief Tarunaprawira menambahkan bahwa untuk pengembangan proyek PLTP tahap kedua, akan ada pembukaan lahan tambahan untuk satu tapak sumur dan aksesnya.
Terkait dokumen Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) pada tahap kedua, Arief menjelaskan bahwa amandemen sudah dilakukan. Ia juga menegaskan bahwa pengeboran sumur tidak dilakukan di dalam kawasan hutan, melainkan di Areal Penggunaan Lain (APL).
Pengembangan tahap kedua ini diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi perekrutan tenaga kerja lokal. Saat puncak proyek, dibutuhkan sekitar 1.400 tenaga kerja, dengan 89 persen di antaranya berasal dari tenaga kerja lokal. (*)