Sumbar Menatap 2022 dengan Misi Bersama Pulih dari Pandemi

SEMANGAT BANGKIT— Sejumlah nelayan tengah mendorong perahu ke pinggir pantai di kawasan Pantai Padang beberapa waktu yang lalu. Pemulihan Ekonomi Nasional menjadi kejaran pokok pemerintah pada tahun 2022, setelah pandemi Covid-19 terus menujukkan tren yang melandai. IRHAM

PADANG, HALUAN — Sumatra Barat (Sumbar) menatap 2022 dengan semangat pembangunan dan menuntaskan pemulihan ekonomi yang terdampak karena pandemi Covid-19. Pemerintah Daerah (Pemda) diharapkan fokus menggerakkan sektor potensial daerah, sembari menggandeng berbagai pihak di ranah mau pun di rantau.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatra Barat (Bappeda Sumbar) Medi Iswandi menyebutkan, 2022 akan fokus pada pemulihan ekonomi yang melorot selama pandemi. Di mana, terdapat enam fokus sektor yang akan digerakkan, dengan menyesuaikan pada program pemerintah pusat.

“Fokus kita ada enam, menyesuaikan dengan pusat. Pertama, meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani karena ini sektor paling strategis. Jika sektor ini baik, maka ketahanan, keterjaminan, dan ketersediaan pangan akan terjaga. Kita juga fokus pada hilirisasi agar pendapatan petani meningkat,” ujar Medi kepada Haluan, Kamis (30/12).

Selanjutnya, fokus kedua, ketiga, dan keempat adalah pendidikan, kebudayaan, dan kesejahteraan sosial. Sektor kelima, UMKM, dengan fokus perluasan pemasaran, pelatihan, dan kualitas SDM. Serta sektor keenam, kepariwisataan dan ekonomi kreatif, dengan fokus pada sertifikasi Clean, Health, Safety, Environment sustainability (CHSE).

Sementara itu, menilik capaian pembangunan Sumbar sepanjang 2021, Guru Besar Ekonomi Universitas Andalas (Unand) yang juga Direktur SDG’s Center Unand, Prof Elfindri, mengatakan, bahwa salah satu faktor lambatnya pembangunan dan ekonomi di Sumbar adalah keterlambatan dalam mengeksekusi.

“Sebagai perbandingan dan contoh, Riau itu bisa menyelesaikan 600 kilometer tol, sementara di waktu yang sama, Sumbar hanya menyelesaikan 6 kilometer dan membuat 12 orang masuk penjara. Ini karena terlalu banyak rencana dan diskusi, tapi minim dan terlambat dalam aksi. Ini juga berimplikasi pada pelayanan publik, bisnis, dan kegiatan sosial lainnya,” kata Elfindri.

Hambatan seperti ini, katanya lagi, sebetulnya bisa diatasi dengan gerak cepat dan langkah inovatif yang dilakukan Pemda melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Sebab, dalam perencanaan sebetulnya Sumbar sudah sangat baik.

“Contoh lainnya, Sumbar punya rencana mengembangkan sektor pertanian, tapi sampai sekarang bisa dilihat apa yang sudah diciptakan untuk membuat itu terwujud. Sementara orang lain sudah berlari kencang, kita masih di sini saja,” katanya lagi.

Sementara itu untuk tahun 2022, Elfindri melihat potensi pertumbuhan ekonomi Sumbar cukup cerah. Akan tetapi, lagi-lagi potensi yang ada itu sangat bergantung pada ketangkasan dan kesungguhan dalam memanfaatkan kesempatan. Salah satu langkah yang penting dilakukan adalah menentukan skala prioritas.

Menurut Elfindri, Sumbar ke depan harus mampu mandiri. Terutama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang selama ini diperoleh dari luar, padahal seyogyanya bisa diproduksi sendiri, seperti pupuk, atau industri turunan dari semen dan batu kapur yang cadangannya di Sumbar cukup banyak.

“Melakukan produksi sendiri juga upaya untuk mengurangi pengangguran. Selain itu, kita juga bisa memenuhi kebutuhan daerah lain. Makanya harus bergerak dari sekarang, jika terlambat lagi, maka daerah lain yang akan memulai, dan kesempatan Sumbar untuk bisa berdaya lebih awal masih akan sulit terjadi,” ucapnya menutup.

Digitalisasi dan Perantau

Hal senada disampaikan Direktur Minang Diaspora Global Network (MDGN), Burmalis Ilyas, yang ikut menilai bahwa pandemi yang belum benar-benar berakhir masih menjadi tantangan bagi Pemda di Sumbar, yang diharapkan tidak lengah dan harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

“Agar sektor ekonomi sudah perlahan mulai membaik ini bisa bergerak, maka kita diharuskan mampu untuk memanfaatkan teknologi digital. Digitalisasi adalah kunci untuk bisa bersaing di tingkat nasional, bahkan ke tingkat internasional,” kata Burmalis kepada Haluan.

Burmalis berharap, ke depan Pemda di Sumbar lebih meningkatkan kerja sama dengan para perantau Minang, terutama sekali yang terhimpun dalam Minang Diaspora Global Network, yang saat ini sudah tersebar di 50 negara. Ia menilai, kerja sama dengan perantau sangat penting untuk bisa bersaing secara global.

“Kita bisa bersinergi dan membangun jaringan tidak hanya di bidang ekonomi, tapi juga di bidang pendidikan dan sosial. Sumbar sudah punya potensi untuk bersaing secara global, salah satunya lewat kuliner dan arsitektur. Oleh karena itu, Pemerintah provisi bersama kabupaten dan kota harus membangun komunikasi dengan diaspora dan perantau di luar negeri, yang saya yakini akan secara sukarela untuk terlibat,” katanya.

Tantangan lain yang mesti dihadapai ke depan, kata Burmalis lagi, adalah menciptakan iklim investasi yang ramah terhadap investor, tetapi tetap tanpa mengenyampingkan hak masyarakat daerah. Begitu juga dengan sektor pariwisata, di mana Sumbar sudah tidak bisa hanya mengandalkan kelebihan alam.

“Pariwisata harus didukung SDM yang punya kompetensi dan melek pada industri pariwisata. Sehingga servis yang diterima pengunjung bisa meninggalkan kesan yang baik. Sehingga mereka bisa datang lagi nanti,” katanya menutup.

Optimis dan Realistis

Menanggapi fokus kerja Pemda di Sumbar pada tahun 2022, Ketua DPRD Sumbar, Supardi, menyatakan rasa optimis bahwa ekonomi Sumbar akan semakin pulih pada tahun mendatang. Akan tetapi menurutnya, optimisme itu tetap harus diiringi dengan realistis.

“Menyongsong 2022, kita harus optimis. Cuma, optimis saja tidak cukup, karena kita juga harus realistis. Artinya, optimisme yang diiringi dengan logika yang sehat dan tidak membual,” kata Supardi kepada Haluan.

Supardi melihat, pertumbuhan ekonomi pada akhir semester 2021 sebenarnya tidak mendukung indikator-indikator pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Sehingga, hal itu harus menjadi catatan-catatan agar menjadi perbaikan di tahun depan oleh Pemda di Sumbar.

“Anggaplah pertumbuhan ekonomi meningkat pada akhir semester 2021, tapi hasil pertumbuhan ekonomi itu tidak nampak. Contohnya, pasar tidak ramai, transaksi jual beli tidak menggeliat, tingkat kemiskinan masyarakat masih tinggi dan lainnya,” tutur Supardi.

Menurut Politikus Gerindra itu lagi, pada 2022 nanti masih akan banyak tantangan yang harus dihadapi dalam memulihkan kembali perekonomian. Sehingga, Pemda dituntut untuk mampu berinovasi serta melakukan evaluasi total agar kegagalan pada tahun sebelumnya tidak terulangi lagi.

Sumbar di bawah komando Gubernur Sumbar, sambung Supardi, harus bisa kongkrit dalam membuat target dan langkah-langkah untuk mencapai target itu sendiri. “Kita minta tidak hanya optimis, tapi real dan kongkrit. Harus jelas dan terukur tidak hanya sekedar retorika,” ucapnya. (h/yes/rga/win)

Exit mobile version