Drs Baharuddin R MM: Inyiak Politik Nan Pantang Diterka

Drs Baharuddin R MM

Laporan Osniwati

Sapaan “inyiak” sudah cukup melekat pada Baharuddin yang telah lama lalang melintang di kancah perpolitikan daerah. Dua kali menduduki kursi bupati, siapa sangka awal karir Baharudin dimulai saat ia masih dinas sebagai anggota kepolisian.

Bagi Baharuddin patang untuk diterka oleh orang, terutama tentang jalan politiknya. Dan strategi itu berhasil membawa pria kelahiran Sinuruik, Talu, Pasaman Barat 5 April 1945 menjadi Bupati Pasaman periode 2000-2005 dan Bupati Pasaman Barat periode 2010—2015.  Hingga saat ini ia menjabat sebagai Anggota DPRD Pasaman Barat dari Fraksi PAN.

Sejauh perjalanan karirnya, Baharuddin merupakan tokoh politik yang susah ditebak. Ketika orang menilai Baharuddin akan melakukan ini, ternyata ia melakukan itu. Namun setiap langkah yang diambil tentu berdasarkan pertimbangan matang.

“Jangan sampai langkah politik kita mudah terbaca oleh orang. Jangan sampai politik kita mudah ditelisik orang, bagaimana kita sebenarnya. Bagi saya, lawan politik tidak boleh bisa mencium langkah politik,” kata Baharuddin kepada Haluan.

Manis pahit dunia perpolitikan sudah dikecap Baharudin. Semakin hari, ia menyadari bahwa salah satu kunci dalam berpolitik adalah kematangan dan kedewasaan dalam menata strategi-strategi politik. Terlebih dunia politik sering digorogoti dengan baper hingga dendam.

“Di dunia politik jangan ada dendam, orang pendendam tidak akan pernah sukses di politik, karena dendam salah satu penyakit hati juga. Orang politik itu jangan baperan. Saya bisa berdebat dan marah-marah hari ini, esoknya saya akan salaman dengan mereka,” katanya.

Karir politik Baharudin tidak diragukan lagi, ia pernah menjadi DPC PPP selama tiga periode, kemudian berlanjut di DPW PPP satu periode, DPW PERTI satu periode, DPD PAN satu periode. Di samping itu Baharuddin juga pernah diamanahkan di PP Polri SB 1 periode.

Baharuddin, bukan saja besar di politik Kabupaten Pasbar, namun sudah di kenal hingga ke Sumbar. Ia sudah merasakan manisnya berpolitik hingga di usia saat ini. Karir politik Baharuddin dimulai dari duduk di DPRD Kota Padang, semasa masih anggota Polda Sumbar sebagai anggota Fraksi ABRI di DPRD Kota Padang.

Salah satu modal Baharuddin dalam berkarir di politik yaitu dengan aktif bergabung dengan sejumlah organisasi. Bahkan sejak masih muda ia tercatat sebagai tokoh di berbagai organisasi.

Dan kata Baharuddin, hal yang terpenting dalam berpolitik adalah komitmen dan konsisten  atas tanggung jawab yang diamanahkan. Sebab saat orang sudah memberikan kepercayaan maka tangung jawab yang lain atau yang lebih besar akan datang dengan sendirinya.

Berangsur ke Pinggir Gelanggang

Di usia yang semakin senja, ambisi politik Baharuddin mulai berangsur turun. Kini ia sedang menikmati masa kebahagiaannya bersama keluarga, anak dan cucu-cucu tercinta.

Moment kebersamaan Baharuddin dengan tim oranye petugas kebersihan.

“Saya sudah merasakan manisnya berpolitik, kalau dulunya pemburu jabatan politik, sekarang mungkin sudah masanya pula untuk cooling down atau menurunkan birahi politik, menurunkan ambisi dan menghentikan perang dalam politik dan sudah harusnya jadi orang tua, kok pai tampek batanyo, pulang tampek babarito oleh cucu kemenakan,” katanya.

Namun, Baharuddin tidak sepenuhnya akan keluar dari gelangga politik, karena karena hidup tanpa diisi oleh kehidupan politik akan membuatnya cepat menjadi pikun.

“Karena manisnya berpolitik maka berpolitik tidak boleh ditinggalkan seratus persen tapi masih dibutuhkan untuk mengisi waktu dan untuk tetap menjaga silaturahmi sosial,”katanya.

Perjalanan Hidup

Kesuksesan Baharuddin hingga hari ini tidak terlepas dari perjalanan panjang kehidupan di masa kecil. Ia lahir dari keluarga sederhana, ibunya bernama Naimah bekerja sebagai petani padi, sedangkan ayahnya bernama Raaban bekerja sebagai pemahat kayu untuk bahan bangunan. Selain itu ayah Baharuddin juga bekerja sebagai tukang pedati, juga seorang Imam Masjid.Walaupun hidup sederhana, kedua orang tua Baharuddin R sangat dihormati.

Baharuddin adalah anak kedua dari dua bersaudara. Namun sejak kecil Baharuddin hanya tinggal bertiga dengan ayah ibunya, sebab saudaranya bernama Firdaus yang sudah lama merantau dari semenjak Baharuddin masih kecil.

Baharuddin mulai menempuh pendidikan formal ketika berumur 7 tahun yaitu Sekolah Rakyat (SR) selama 6 tahun dan menamatkannya pada tahun 1958. Kemudian ia melanjutkan sekolah menengah di SMP Negeri di Talu dan tamat pada tahun 1962. Setelah tamat SMP Baharuddin melanjutkan sekolah SGA atau sekolah guru di Talu.

Namun saat kelas 2 SGA yaitu tahun 1964 orang tua Baharuddin meninggal, sehingga tidak dapat melanjutkan sekolah karena kekurangan biaya. Kemudian Baharuddin masuk sekolah S.A.K Padang Besi kecamatan Lubuk Kilangan Padang dan lulus dengan pangkat agen polisi tingkat 2 yaitu pangkat paling rendah dikepolisian.

Setelah itu Baharuddin bekerja di Dinas 313 Pasaman, saat itu kepala komandan memberikan kesempatan kepada Baharuddin sekolah kembali tahun 1966 untuk melanjutkan kelas 3 di SMA Negeri di Lubuk Sikaping yang sempat terputus saat orang tua meninggal.

Kemudian setelah tamat dari SMA Baharuddin dipindah tugaskan ke Komando Daerah Kepolisian Sumatra Barat yang sekarang berganti nama menjadi Kepolisian Daerah Sumatra Barat. Saat itu ia menyempatkan kuliah di Universitas Padang jurusan Ilmu Keolahragan. Namun karna kesulitan ekonomi kuliahnya sempat terhenti pada tahun pertama dan tidak bisa melanjutkan kuliah lagi.

Baharuddin bersama warga dalam kegiatan penyemprotan disinfektan di ruang publik.

Setelah menabung beberapa tahun Baharuddin bisa melanjutkan studi lagi tahun 1978 jurusan Ilmu Pemerintahan di Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol (IAIN IB) Padang yang sekarang berganti nama menjadi Universitas Islam Negeri Imam Bonjol (UIN IB ) Padang dan tamat tahun 1981. Kemudian tahun 2001 Baharuddin masuk Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS) RI KSKA II. Setelah itu melanjutkan studi dengan gelar Magister Management di Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang dan tamat tahun 2004.

“Perjalanan hidup yang membuat saya tetap kuat, tetap tegar menghadapi liku kehidupan hingga sekarang. Pahit manis itu yang membuat saya tidak gentar dalam kondisi apapun,”katanya. (*)

Exit mobile version