PADANG, HARIANHALUAN.ID – Huller Nadira Beras Solok Salayo mantap menerapkan electrifying agriculture dengan beralih dari solar ke listrik sejak setahun terakhir.
Owner Huller Listrik Nadira, Yon Harmen didampingi sang istri, Melati dan MSB Komunikasi & TJSL PLN UID Sumbar, Yesi Yuliani mengakui sejak beralih ke listrik biaya produksi lebih hemat.
“Ketika menggunakan solar biasanya habis 33 liter per hari dengan biaya Rp330 ribu perhari atau Rp1.650.000 selama lima hari kerja. Saat beralih listrik, menggunakan token hanya Rp1 juta seminggu. Jadi ada efisiensi daan Rp650 ribu perminggu,” ujarnya.
Selain itu, sejak beralih menggunakan listrik hasil produksi juga meningkat mencapai 1 ton perhari dengan kualitas hasil produksi lebih maksimal.
“Dengan menggunakan listrik hasil produksi mencapai 5-6 ton perhari. Sedangkan saat menggunakan solar hanya 4 ton sehari,” jelasnya.
Jika dilihat kualitas dedak juga lebih halus karena mesin lebih stabil.
Huller Nadira melalui PLN UP3 Solok menggunakan penyalaan daya 53.000 VA dalam program Basolek (Bareh Solok Elektrik).
Saat ini Huller yang beralamat di Jorong Batu Palano Kenagarian Selayo Kota Solok ini menyediakan berbagai produk beras seperti caredek putih, sokan, anak daro, bujang merantau dan beras sari baganti.
Pemasarannya tidak hanya di Kota Solok tapi juga sudah sampai ke berbagai kota seperti Kota Padang, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu dan lainnya.
General Manager PLN UID Sumbar, Ajrun Karim yang ditemui di lokasi berharap listrik jadi pengungkit ekonomi.
“Harapannya selama listrik ada, proses ekonomi dan kegiatan pertanian masih terus bisa berjalan. Sama-sama kita lihat dengan beralih ke listrik hasilnya lebih efektif dan efisien,” kata dia.
Ia juga mengimbau pengusaha huller berubah dari cara lama ke listrik yang lebih efisien.
“Kondisi kecukupan daya di sistem Sumbar, jangan khawatir untuk penambahan daya bisa tercukupi,” tuturnya. (h/yes)