TARAKAN, HARIANHALUAN.ID — Di tengah pesatnya transformasi digital, masih banyak kelompok masyarakat yang tertinggal dari akses ekonomi dan kesempatan kerja, terutama penyandang disabilitas. Padahal, di balik keterbatasan fisik, tersimpan potensi besar untuk berkreasi dan mandiri bila diberikan ruang dan dukungan yang tepat. Menyadari hal itu, Telkom Indonesia menghadirkan program “Kreasi Kaltara Inklusif”, sebuah inisiatif pemberdayaan yang membuka peluang wirausaha kreatif bagi penyandang disabilitas, khususnya perempuan, di Kalimantan Utara.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Tempo, 2024), dari 5,17 juta penduduk usia kerja penyandang disabilitas, hanya sekitar 1,04 juta yang masuk ke dalam angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) baru mencapai 20,14 persen, sementara tingkat pengangguran terbuka mencapai 10,8 persen. Angka ini mencerminkan adanya kesenjangan besar yang perlu dijembatani melalui pelatihan dan pemberdayaan berbasis keterampilan.
Sebagai respon nyata, Telkom Indonesia melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) menghadirkan pelatihan wirausaha inklusif berbasis budaya, lingkungan, dan digitalisasi produk. Pelatihan yang berlangsung di Kota Tarakan pada 17 Oktober 2025 ini melibatkan 45 orang disabilitas dari berbagai komunitas. Mereka dibekali dengan keterampilan Membatik Motif Kalimantan Utara, Meronce Aksesoris Tradisional Tidung, Produksi Vegan Leather dari Ampas Kopi, hingga Literasi Digital Dasar untuk memasarkan produk secara daring.
Hasilnya, para peserta berhasil menciptakan berbagai karya unik seperti scarf, dompet, kalung, gelang, hingga gantungan kunci. Sebagai bentuk keberlanjutan, para pelaku usaha disabilitas akan diberi pendampingan oleh Rumah BUMN Telkom Tarakan. Seluruh produk akan dikurasi dan dipasarkan melalui katalog digital serta e-commerce sebagai langkah awal membangun ekosistem wirausaha inklusif berbasis teknologi dan budaya lokal.
“Sebagai perusahaan digital telekomunikasi, Telkom Indonesia berkomitmen memperkuat kapasitas masyarakat melalui akses teknologi dan pemberdayaan ekonomi berbasis digital. Program ini tidak hanya menumbuhkan keterampilan baru, tetapi juga membuka peluang bagi penyandang disabilitas untuk berinovasi, berkarya, dan mandiri secara ekonomi,” ujar Hery Susanto, Senior General Manager Social Responsibility Telkom Indonesia.
Program “Kreasi Kaltara Inklusif” menjadi wujud nyata kolaborasi antara edukasi, ekonomi kreatif, dan teknologi dalam memperkuat daya saing masyarakat disabilitas di daerah. Dengan mengangkat potensi budaya lokal dan mengedepankan prinsip keberlanjutan, kegiatan ini menegaskan bahwa inovasi tidak hanya milik mereka yang sempurna secara fisik, tetapi juga milik semua yang memiliki semangat untuk tumbuh.
Melalui program ini, Telkom Indonesia kembali menegaskan komitmennya terhadap pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), khususnya pada pilar Pendidikan, Inovasi Digital, dan Pemberdayaan Ekonomi. Inisiatif ini juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 4 (Pendidikan Berkualitas), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), serta poin 10 (Berkurangnya Kesenjangan).
Telkom percaya bahwa wirausaha inklusif berbasis digital adalah langkah nyata menuju masyarakat yang mandiri, kreatif, dan setara di mana setiap individu, tanpa kecuali, memiliki ruang untuk berkembang dan memberi kontribusi bagi negeri. (*)














