“Kami tidak bisa berbuat banyak. Teman-teman tuli juga jadi banyak yang tidak punya penghasilan sama sekali saat itu. Jadi bantuan dari PLN ini sangat berarti bagi kami,” imbuh Lisma.
Lisma menjelaskan, untuk mendukung usaha Fingertalk, bantuan PLN digunakan untuk menghidupkan kembali toko kue yang mati suri. Lisma dan timnya kembali mengundang dan mengajak teman-teman tuli untuk kembali bergabung.
Kali ini, pegawai menerima pelatihan keahlian dan keterampilan mulai dari membuat berbagai macam varian roti dan snack, juga cara berjualan yang baik. Dana bantuan juga digunakan untuk renovasi toko agar lebih representatif dan membuat nyaman konsumen yang berkunjung.
Contohnya seperti, Sabtu (23/07), mereka mulai berjualan untuk pertama kali. Lisma sempat menitikkan air mata melihat gigihnya perjuangan teman-teman tuli menjajakan di depan toko, sambil berusaha “berteriak” untuk menarik perhatian calon pembeli.
Tak disangka olehnya, toko roti dan kue ini mendapat respons baik dari pembeli. Hanya saja, ia juga harus terus-terusan mengingatkan para pekerja untuk tetap tenang.
“Orang difabel sering sangat minim rasa percaya diri, karena tidak banyak bergaul secara luas. Jadi ketika banyak pembeli datang, mereka panik sehingga tampak tidak tenang,” ujar Lisma.