HARIANHALUAN.ID – Sudah enam tahun lebih, Khairul Fajri Yahya bergerak di bidang industri tekstil kain sarung. Memperkenalkan brand “Ija Kroeng”, usaha Khairul Fajri kini sudah dikenal di tingkat lokal, nasional bahkan dunia.
“Diberi nama Ija Kroeng, karena nama tersebut sudah melekat kuat di hampir semua masyarakat Aceh. Semua orang Aceh pasti tahu apa itu Ija Kroeng,” ucap Khairul menceritakan filosofi di balik nama brand tersebut, Jumat (2/9/2022).
Ija Kroeng yang berarti kain sarung memang sudah ada sejak masa Kerajaan Aceh Darussalam. Sejarawan Aceh, Rusdi Sufi dalam bukunya “Pakaian Tradisional di Aceh” yang diterbitkan Tahun 1993 menulis bahwa salah satu lokasi pengrajin Ija Kroeng pada masa itu ada di kawasan Lambhuk, Kota Banda Aceh.
Di sana, pengrajin memproduksi kain-kain dengan menggunakan alat tenun tangan yang disebut teupeun, sedangkan pekerjaannya disebut pok teupeun dan hasilnya disebut ija pok teupeun.
Khairul menceritakan, ia mendirikan Ija Kroeng bermula pada Tahun 2010, di mana saat itu ia merancang kain sarung hitam putih polos. Meski belum memiliki merek, produksinya mendapat sambutan bagus dari pasar.
Beranjak dari itu, Khairul kemudian memberanikan diri untuk menjadikan usaha tersebut menjadi sebuah merek, sehingga bisa dipasarkan dalam jangkauan lebih luas. “Tahun 2015 kita tekadkan untuk jadikan sebagai brand profesional, ada prodaknya, ada brandnya, ada Haki-nya, ada sistem produksinya dan lain macam-macam,” ucap Khairul.