HARIANHALUAN.ID – Pada hari ini, Rabu (8/2/2023) merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Hani Fannisa, yang mampu menyelesaikan pendidikan S3 (doktor) diusianya cukup muda 32 tahun.
Tidak mudah bagi sosok ibu muda dari dua anak ini dalam melakukan perjalanan akademiknya. Apalagi beriringan dengan tugas dan khodratnya sebagai istri dari sang suami Dr. H. Aznil Mardin, S.Kom., MPd.T, dan seorang ibu bagi anak-anaknya yang masih kecil, yaitu Tuanku Hamka Muwaffaq El Azhanee (4 tahun) dan Hannan Nathiq Kareem El Azhanee (2 Tahun).
Hani Fannisa merupakan anak dari Syaiful Badri, S.Pd dan Aisya, S.Pd., M.Pd., yang selalu menjadi inspirasi baginya untuk mendalami keilmuan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Sehingga wanita kelahiran Baso, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) ini mampu menyelesaikan program studi ilmu PGSD, Universitas Negeri Padang (UNP), dengan IPK 3,92.
Stereotip “mengurus rumah tangga vs pendidikan” adalah pandangan umum yang selalu dialamatkan kepada seorang wanita dalam menyelesaikan pendidikan seseorang, apalagi pendidikan S3 (doktor).
Namun semangat dari keluarga dan orang tua menjadi semangat utama baginya dalam menyelesaikan pendidikan doktor ini. Apalagi menjadi guru sekolah dasar yang menjadi impian dan cita-citanya sejak kecil, dan hari ini cita-cita tersebut dilebihkan Allah SWT menjadi doktor pendidikan guru sekolah dasar, Hani Fannisa berharap juga mampu menyelesaikan program profesi gurunya di tahun 2023 ini juga.
Walaupun Dr. Hani Fannisa, S.Pd., M.Pd, bukan guru sekolah dasar, namun hari ini ibu dua anak-anak juga sedang mengikuti Program Profesi Guru (PPG).
Ketika ditanya oleh banyak teman-temannya dan pewarta apa alasannya untuk terus melanjutkan pendidikan sampai S3, dan tahun ini juga sedang menyelesaikan PPG, padahal menjadi dosen dengan gelar doktornya sudah cukup tanpa harus ikut PPG, wanita ini dengan luar biasa menjawab, bahwa baginya menjadi seorang pendidik adalah investasi dan pengabdian.
Ketika menjadi seorang dosen pun nantinya, kata Hani, bisa saja ia mengajar guru-guru yang sudah profesional (di jenjang S2 dan S3) atau belum profesional (di jenjang S1). “Ketika saya mengajarkan itu, minimal saya memiliki pengalaman setara yang ditandai secara keprofesian dan tingkat keilmuan (jenjang pendidikan) yang lebih baik, untuk menghadirkan guru-guru sekolah dasar terbaik, serta berkualitas bagi bangsa dan republik ini,” ucapnya.
Disertasi Hani Fannisa yang berjudul “Pengembangan Local Instructional Theory Berbasis Realistics Mathematics Education untuk Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa dalam Belajar Geometri di Sekolah Dasar”, sudah mampu dipertahankannya di hadapan delapan orang penguji, di antaranya Prof. Ganefri (Penyelia), Prof. Yenni Rozimela (Ketua), Prof. Ahmad Fauzan (promotor/kaprodi S3), Prof. Indang Dewata, Prof. I Made Arwana (Co-Promotor), Prof. Lutfri (penguji), Prof. Syafruddin (penguji), Prof. Sugiman (penguji luar UNP).
Tim penguji berharap hasil temuan produk penelitian disertasinya mampu dicetak dan disebarluaskan secara menyeluruh, karena sangat relevan dengan kurikulum merdeka di pendidikan sekolah dasar. (*)