PADANG, HARIANHALUAN.ID – Wangi khas kue kering, tercium memenuhi ruang rumah Jl HOS Cokroaminoto no.75 Padang pada Jumat (31/3). Sudah sejak awal Ramadan 1444 H lalu, aktivitas di rumah ini kembali meningkat sejak pagi hingga malam hari. Mulai dari proses pembuatan kue, mencetak, membakar hingga packing dan pemasarannya.
Aktivitas rutin itu, telah berlangsung setiap Ramadan sejak tahun 1960 lalu secara turun temurun. Marry, Linda dan Yanita adalah generasi penerus yang membuat kue kering Rose.
Bertahan lebih dari setengah abad, bukanlah hal yang mudah di tengah gempuran aneka jenis kue kering dengan berbagai cita rasa saat ini.
“Yakin saja, produk kita akan selalu dicari, kalau kita selalu mempertahankan kualitas dan rasa. Dengan pilihan bahan bahan berkualitas, proses pembuatan yang higienis, dan tentu saja, halal,” kata Marry dan Linda tentang kiat Kue Rose bertahan selama lebih dari setengah abad itu.
Kenyataannya, memang kue kering jadul untuk lebaran berlabel Rose tersebut, memang selalu diburu pelanggannya karena cita rasanya yang menggugah selera. Malah banyak yang datang ke rumah produksinya, untuk memilih langsung kue-kue kering yang renyah, tahan lama dan halal itu.
Memang, kue kering produksi Rose nyaris sama setiap tahun. Yang paling banyak dicari adalah nastar, kastengel, kue kenari dan spekulas. Selain itu, kue semprit, skippy, cornflakes dan kue koya tetap jadi pilihan bagi pelanggannya.
Untuk harga, sangat terjangkau, berkisar pada Rp40 ribu sampai Rp75 ribu per kotak.
Kue Kering Rose juga melayani pemesanan dari berbagai kota di Indonesia, yang terus berdatangan. “Kami juga menyediakan berbagai hampers kue kering dan aneka cake yang kami beri label Oma Rose. Pilihan kue nya bisa dilihat di Instagram @omarose.pastry,” kata Linda tentang inovasi terbarunya. (atv)