JAKARTA, HARIANHALUAN.ID — PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) telah menyampaikan laporan keuangan semester I-2023. Di situ dijelaskan pula mengenai investasi yang dilakukan Telkom Group.
Dikutip dari Investor.id, investasi jangka panjang Telkom terbagi dari investasi jangka panjang pada instrumen keuangan dan investasi jangka panjang pada entitas asosiasi.
Investasi jangka panjang pada instrumen keuangan, yakni investasi pada ekuitas yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi merupakan investasi jangka panjang dalam bentuk saham pada berbagai perusahaan start-up yang bergerak di bidang informasi dan teknologi. Grup Telkom tidak memiliki pengaruh signifikan dalam perusahaan start-up tersebut.
Investasi pada ekuitas yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi termasuk investasi pada:
Investasi pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) oleh Telkomsel. Per tanggal 30 Juni 2023, Telkomsel menilai nilai wajar investasi di GOTO dengan menggunakan nilai pasar saham GOTO sebesar Rp 110 per saham. Jumlah keuntungan yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasi Telkomsel pada GOTO pada tanggal 30 Juni 2023 adalah sebesar Rp 451 miliar dan disajikan sebagai keuntungan yang belum direalisasi dari perubahannilai wajar atas investasi dalam laporan laba rugi konsolidasian.
Investasi PT Metra Digital Investama (MDI)/MDI Ventures pada berbagai perusahaan start-up yang bergerak di bidang informasi dan teknologi. Penambahan investasi pada periode berjalan oleh MDI sebesar Rp 203 miliar.
Selain itu, terdapat investasi jangka panjang Telkom Group pada entitas asosiasi. Investasi pada entitas asosiasi termasuk investasi pada:
Jalin (PT Jalin Pembayaran Nusantara) sebelumnya adalah entitas anak. Pada tanggal 19 Juni 2019, Grup Telkom menjual 67 persen kepemilikan sahamnya sehingga kepemilikan pada Jalin sebesar 33 persen.
PT Fintek Karya Nusantara (Finarya)/LinkAja sebesar 24,83 persen. Finarya sebelumnya adalah entitas anak Telkomsel. Kemudian sejak tahun 2019, sehubungan dengan peningkatan modal ditempatkan dan disetor pada Finarya oleh berbagai investor, maka Finarya menjadi entitas asosiasi Telkomsel.
PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE), sebelumnya PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk – sebesar 24 persen. Sejak tahun 2019 manajemen telah mengakui penurunan nilai penuh atas investasi pada PT Omni Inovasi Indonesia Tbk.
Sementara itu, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), tercatat pemegang 24 persen saham PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) per 21 Juli 2023 adalah PT PINS Indonesia. Selain PINS, ada investor ‘misterius’ Haiyanto yang memiliki 7,94 persen saham TELE.
Mengacu pada laporan keuangan Telkom per semester I-2023, PINS Indonesia merupakan anak usaha Telkom (TLKM) dengan kepemilikan 100 persen. Jenis usaha PINS Indonesia bergerak di jasa dan pembangunan telekomunikasi. (h/dj)