Pun sampai Asrial berkeluarga, ia tetap menekuni profesi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Saking seringnya berkutat dengan rumah gadang, seluk-beluk pembuatan rumah gadang begitu hafal dalam kepalanya.
Di waktu istirahatnya di malam hari selepas bekerja, ketika itu muncullah ide untuk membuat rumah gadang dalam bentuk yang kecil. Dengan menggunakan kayu bekas yang ada, Asrial pun merakit miniatur rumah gadang di waktu senggangnya itu.
“Kayu bekas dari sisa bangunan rumah saya bawa pulang dan saya jadikan bahan dasar untuk membuat miniatur. Sama sekali untuk menjualnya ketika itu belumlah terpikirkan. Hanya untuk mengisi waktu dengan hobi saja,” katanya.
Bahkan, karya miniatur yang dibuatnya semasa bujang dulu hilang begitu saja. Sebab, baginya dulu memang sekadar kesenangan dan belum memiliki nilai yang berarti di mata Asrial sendiri.
Menghabiskan waktu hingga usia senja, dan pekerjaan kuli bangunan tidak lagi sepadat dulunya, akhirnya ingatan akan hobi Asrial membuat karya miniatur terulang kembali.
“Karena banyak waktu senggang di usia begini, akhirnya saya memulai kembali menyalurkan hobi saya membuat miniatur. Saya membuat miniatur rumah gadang tanpa melihat model gambarnya. Alhamdulillah ingatan tentang rumah gadang selalu tersimpan baik di ingatan saya, sehingga karya miniatur saya pun jadi,” ujarnya.