PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Wahana Buayan Kaliang sangat identik dengan Kota Pariaman. Pasalnya, permainan tradisional mirip komidi putar itu selalu hadir setiap libur lebaran di objek wisata pantai Kota Tabuik.
Begitu juga pada momen Piaman Barayo 2024, pengunjung bisa menemukan Buayan Kaliang di beberapa titik dekat tepi jalan kawasan Pantai Gandoriah.
Salah seorang pemilik usaha Buayan Kaliang, Nurhayati (66) mengatakan, permainan tradisional yang dikelolanya tak pernah sepi penumpang. Dari hari pertama hingga jelang habis libur lebaran, Buayan Kaliang selalu menjadi primadona.
Kendati ada pengelola lain, tetapi hal tersebut tidak memengaruhi jumlah pengunjung yang ingin mencoba permainan tersebut di tempatnya. Nurhayati bahkan bisa meraup omzet hingga jutaan rupiah setiap harinya.
“Satu buah Buayan Kaliang itu bisa memperoleh omzet Rp1,5 juta per hari. Saya mengelola tiga buah Buayan Kaliang, kalau digabungkan pendapatannya bisa hampir lima juta rupiah,” ujarnya kepada Haluan, Senin (15/4).
Buayan Kaliang memiliki kapasitas penumpang sebanyak 16 orang. Satu orang dikenai biaya tiket sejumlah Rp5.000, maka total satu kali main bisa memperoleh pemasukan sampai Rp80.000.
Selama menjalankan bisnisnya, Nurhayati dibantu oleh beberapa orang pekerja. Ada yang bertugas mencari penumpang, sementara lebihnya menyumbangkan tenaga untuk memutar bianglala tradisional itu.
“Karena ini wahana tradisional, cara memainkannya juga masih memakai tenaga manusia. Nanti, ada yang bertugas memutar kincirnya searah dari kecepatan sedang hingga paling cepat, setelah itu dipelankan kembali sebagai tanda permainan berakhir,” papar pemilik Buayan Kaliang tersebut.
Penumpang yang menaiki kincir kayu tersebut juga cukup beragam, dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Untuk menjaga keamanan penumpang, pengelola biasanya mengingatkan untuk pegangan dan mewaspadai benda bawaan yang sekiranya mudah menyangkut.
Lebih lanjut, Nurhayati menceritakan, usaha tersebut sudah berjalan sejak lama. Setiap tahun, pada momen lebaran Idul Fitri, ia selalu mendirikan Buayan Kaliang di kawasan Pantai Gandoriah.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini ia merasakan penurunan omzet yang signifikan. Dahulu, Nurhayati bisa memperoleh pendapatan kotor hingga Rp2-3 juta setiap satu unit Buayan Kaliang.
Menurutnya, penurunan tersebut disebabkan oleh semakin banyaknya objek wisata yang aktif di Kota Pariaman, sehingga terjadi penyebaran pengunjung.
“Kalau dulu, orang tahunya hanya Pantai Gandoriah. Pengunjung tahun-tahun lalu selalu padat, tetapi untuk sekarang tidak begitu. Orang-orang sudah mulai menyebar ke objek wisata pantai lain,” katanya.
Kendati begitu, bagi Nurhayati, Buayan Kaliang masih menjadi wahana permainan primadona yang dimiliki Kota Pariaman. (*)