“Kadang dalam sehari tidak “pacah talua” atau tidak ada barang yang terjual akibat sepinya pembeli,” ujar Angga, pedagang pakaian muslim di Pasa Ateh Bukittinggi, kemarin.
Diakuinya, daya beli masyarakat sekarang tidak seperti tahun tahun sebelumnya. Masyarakat yang berbelanja pakaian muslim tidak menentu dan tidak dapat diprediksi.Kondisi sepi pembeli ini sudah dirasakan sejak habis Idulfitri 1445 H.
“Biasanya masih ada jual beli dalam sehari, namun sejak habis Idulfitri, kondisi jual beli betul- betul sulit, kadang ada terjual kadang tidak sama sekali,” ucap Angga.
Dijelaskannya, untuk peci nasional yang dijual harganya bervariasi mulai dari harga Rp80.000-450.000, tergantung jenis beludru. Peci beludru yang dijual merupakan produksi sendiri dengan merek Peci Nasional Cap Rangkiang Mas A.Sutan Bagindo.
Selain peci beludru ujar Angga, tokonya juga menjual berbagai jenis peci lainnya untuk dewasa dan anak anak, serta perlengkapan busana muslim lainnya seperti, sajadah, kain sarung, tasbih dan syal muslim pria.
“Biasanya penjualan meningkat menjelang Ramadan dan Idulfitri. Sementara untuk hari biasa kadang ada permintaan kadang tidak. Akhir akhir ini penjualan jauh merosot akibat sepi pembeli,” tutur Angga.