Syafri Antoni, Salurkan Hobi Menjadi Kreasi di Sablon Inyiak

PADANG, HARIANHALUAN.ID – Berawal dari hobi menyukai musik bergenre metal membuat Syafri Antoni menggeluti kerajinan sablon baju sejak tahun 2014 hingga sekarang. Sablon Inyiak berlokasi di Bungo Pasang, Koto Tangah, Kota Padang, Syafri Antoni sebagai Owner berasal dari Pasaman.

“Memang rata-rata bahkan kebanyakan pemilik clothing itu adalah penyuka musik genre metal dan underground. Sebab ide dan kreativitas banyak muncul dari musik tersebut. Jadi dari sana mulai belajar menyablon baju dan membuat emblem,” ujar Owner Sablon Inyiak, Syafri Antoni, Selasa (9/7).

Syafri Antoni mengaku bahwa dalam komunitas musik metal penjualan baju kaos sangat diminati dan peluang berbisnis clothing sangat besar. Secara perlahan ia menekuni kerajinan tersebut hingga saat ini sudah memiliki workshop dan brand sendiri.

“Karena mulai dari nol secara bertahap usaha ini dikembangkan baik dari alat-alat yang digunakan dan tentu keterampilan saat menyablon agar produk dilirik oleh konsumen. Bahkan di awal dulu karena kekurangan alat, kita pernah menggunakan setrika untuk menyablon. Alhamdulillah sekarang alat yang kita miliki sudah memadai dan melahirkan produk yang berkualitas,” ujarnya.

Setiap bulan rata-rata Sablon Inyiak menyablon baju kaos mencapai 500 pieces. Ia menyebut usaha sablon miliknya mampu meraup omzet lebih dari Rp 30 juta. Namun ia menyebut usaha sablon miliknya dapat mencapai angka tersebut dan telah banyak dikenal oleh masyarakat tahun 2017.

“Karena merintis dari awal jelas banyak rintangan yang dilalui terus kita lakukan evaluasi agar terus berkembang. Sampai akhirnya jumlah pesanan di sablon Inyiak hampir seribu pieces,” ujarnya.

Sablon Inyiak merupakan salah satu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) hasil binaan Dinas Pariwisata Kota Padang. Setiap baju rilisan Inyiak Sablon selalu digunakan oleh Uda Uni Kota Padang. 

“Dari tahun 2017-2019 produk kita dipakai Uda Uni tentu sekalian jadi ajang promosi bagi UMKM kita, keuntungan bagi kita promosi menggunakan model. Selain itu kita juga rutin ikut bazar-bazar yang diadakan Dinas Koperasi, Dinas Ketenagakerjaan dan Dinas Pariwisata. Berkat UMKM kita banyak dikenal oleh masyarakat,” ujarnya.

Selama menggeluti kerajinan sablon hampir 10 tahun kesulitan yang dihadapi menurutnya ialah mencari bahan baku baju dan biaya operasional. Sejauh ini ia mengambil bahan baku dari daerah Jawa yang sudah terkenal baik dalam bidang sablon konveksi terutama Kota Bandung. Meski begitu ia menyatakan produk hasil Sablon Inyiak tidak kalah secara kualitas.

“Kualitas sebanding karena bahan yang kita pakai sama persis dengan yang digunakan oleh daerah Jawa sana. Secara harga masih bisa bersaing,” ujarnya.

Selaku owner, ia mengimbau masyarakat untuk selalu mendukung UMKM lokal baik yang bergerak di bidang kuliner, kerajinan dan seni dengan cara membeli dan turut mempublikasi ke media sehingga nantinya semakin dikenal masyarakat luas tidak hanya lokal bahkan mancanegara.(*)

Exit mobile version