“Nanti kita hadirkan pihak untuk meninjau lokasi. Pemetaan ini penting, agar kampung ini tidak kerap dilanda banjir setiap musim penghujan tiba,” ujarnya.
Dari penuturan salah seorang ninik mamak setempat, Nurlan Dt Majo Lelo mengatakan, bahwa warga di kampung itu ketika meninggal terpaksa dikebumikan di areal tanah warga. Kondisi itu, sangat riskan ketika si pemilik tanah sewaktu-waktu meminta tanahnya dikosongkan.
“Syukur-syukur tidak. Tapi, kami di sini, ketika ada orang yang meninggal terpaksa dikubur di tanah milik warga, istilahnya menompang. Bagi yang tidak punya tanah,” katanya.
Tokoh pemuda setempat, Leo Waldi Ahbab, juga membenarkan bahwa di kampungnya tidak memiliki tanah pandam pekuburan milik masyarakat setempat. Sementara untuk membeli tanah, warga setempat belum memiliki cukup uang.
“Sudah ada yang terkumpul, jumlahnya sekitar Rp22 juta lebih. Sebagaimana disampaikan ninik mamak tadi. Tanah, sudah dicari ke sana kemari, tapi harganya selangit,” ucap Leo.
Ia pun menyampaikan terima kasih atas bantuan yang dijanjikan oleh anggota Banggar dan Komisi IV DPRD Provinsi Sumatra Barat itu pada reses, kemarin. Ia mengatakan, kegiatan itu mendapat diapresiasi tinggi dari masyarakatnya.
“Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Khairuddin Simanjuntak yang sudah melaksanakan acara reses di kampung kami. Dan, terima kasih juga kami ucapkan kepada bapak yang telah menyumbang uang senilai Rp5 juta untuk menambah pembelian tanah wakaf dan juga telah menyumbang PJU sebanyak dua titik di Kampung Padang Nunang,” ucapnya. (*)