Manfaatkan Limbah Organik Sekitar Maninjau, Kelompok Alam Lestari Membudidayakan Maggot

Kontributor Anton Irza

HARIANHALUAN.ID – Budidaya Maggot mulai dikembangkan Kelompok Alam Lestari asal Jorong Muko-Muko, Nagari Koto Malintang.

Kelompok yang diketuai oleh Januar Kali Tumenggung ini dibentuk inisiasi Wali Nagari Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Nazirudin pada Agustus Tahun 2022.

Januar mengatakan, sebelum terbentuknya kelompok kegiatan ini telah dimulai satu tahun lalu di tiga titik lokasi yang dikelola dalam skala rumahan dan mandiri, yakni satu di Labiah Baru Jorong Muko-Muko, dua di Kampung Rambai dengan pengelola Irmus dan Alam Sudin.

Dari tiga lokasi tersebut baru mampu menghasilkan masing-masing 20 kg seminggu dan dijadikan pakan ikan keramba jaring apung untuk hasil dari Kampung Rambai dan dikirim ke Payakumbuh sebagai pakan ayam dan maggot segar untuk para pemancing di sekitar Danau Maninjau.

Permintaan pasar yang besar dan produksi yang sedikit membuat Pemerintah Nagari Koto Malintang membentuk Kelompok Alam Lestari sebagai wadah sosialiasi dan edukasi bagi masyarakat untuk bisa lebih mandiri dalam pertanian, peternakan dan perikanan sehat berkelanjutan.

Selain itu, ikut serta menyukseskan salah satu program unggulan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat mencetak 100 ribu millenial entrepreneur dan women entrepreneur, serta pelaku ekonomi kreatif dalam upaya mencapai Sumbar sejahtera.

Kelompok Alam Lestari juga mendapatkan pelatihan serta bantuan dana dari Disnaker Provinsi Sumbar sebanyak 20 juta untuk memulai kegiatan budidaya maggot skala nagari.

Maggot merupakan larva atau belatung yang berasal dari telur serangga bernama black soldier fly (BSF). Maggot termasuk larva pemakan bahan organik, seperti sayuran, limbah rumah tangga, limbah restoran dan sampah organik dari makhluk hidup lainnya. Dengan kemampuan yang dimilikinya tersebut, Maggot dapat dimanfaatkan sebagai pengurai sampah organik.

Sepintas hewan ini mirip dengan belatung dan sedikit menjijikkan. Hanya saja berbeda dari belatung yang menimbulkan bau busuk. Dalam budidaya Maggot bau busuk itu nyaris tak terasa, meski tetap saja ada bebauan tak sedap.

Januar yang merupakan pensiunan PNS Kabupaten Agam mengatakan, untuk pusat kegiatan budidaya maggot kelompok ini berpusat di Gedung 3R Jorong Muko-Muko, dan untuk pakan didapatkan dari lingkungan sekitar seperti pasar dan sisa makanan orang baralek, serta memanfaatkan ikan-ikan yang mati di Danau Maninjau yang direbus dulu. Untuk maggot yang diberi pakan ikan, bioponnya ditutup jaring agar tidak dimakan kucing.

Untuk menghasilkan maggot butuh waktu dua bulan, mulai dari telur hingga panen. Menurutnya, meskipun baru sebentar, hasil budidaya maggot ini sudah terlihat. Maggot mampu menghabiskan sampah organik 2 kg dalam satu hari. Selain mengurangi sampah-sampah warga sekitar, dari sisi ekonomi juga menghasilkan.

“Mungkin ini bagian dari langkah kecil kami untuk ikut berpartisipasi dalam penanggulangan sampah di Sumbar dan Agam, serta Maninjau khususnya,” tuturnya. (*)

Exit mobile version