Hal yang Harus Diperhatikan Saat Melihat Bunga Rafflesia!

Kontributor Anton Irza

HARIANHALUAN.ID – Bunga padma raksasa, Rafflesia Arnoldii R. Br merupakan Puspa Langka Nasional yang dilindungi berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 4 Tahun 1993.

Menjelang 30 tahun penetapan rafflesia Arnoldii sebagai Puspa Nasional 9 Januari 2023 nanti, di Nagari Koto Rantang kembali ditemukan mekar 2 Bunga Rafflesia Arnoldii di luar area cagar alam rafflesia Batang Palupuh. Kali ini bunga tersebut ditemukan mekar di hutan Bukit Nak Dingin, Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang.

Selain itu, bunga raksasa kharismatik ini juga dilindungi pemerintah berdasarkan peraturan 106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Di Indonesia, ada 13 jenis rafflesia, Rafflesia Arnoldii adalah salah satunya dan merupakan spesies bunga parasit raksasa yang sangat langka dan hanya dimiliki Indonesia. Tumbuhan ini adalah bunga endemik Sumatra dan hanya terdapat 33 spesies di dunia.

Kelangkaannya membuat bunga ini harus mendapatkan perlakuan khusus, baik dari wisatawan yang melihat ataupun dari penelitinya. Walaupun langka, rafflesia dapat ditemukan di beberapa hutan, kebun raya dan taman nasional di Sumatra, Banten, juga Jawa Barat.

Sayangnya, banyak rafflesia yang berumur pendek setelah dibuka menjadi obyek wisata. Penyebab terbesarnya ialah ulah manusia yang tidak paham akan perlakuan hidup si puspa langka Indonesia ini.

Periset dan kurator koleksi rafflesia di Kebun Raya Bogor, memberikan empat hal yang tidak boleh dilakukan saat melihat bunga rafflesia, yaitu:

  1. Dilarang menginjak dan duduk di inangnya

Bunga purba yang dimiliki Indonesia ini sangat bergantung dengan inangnya, yaitu tumbuhan anggur hutan menjalar. Bagian akar inangnya rusak, maka akan terganggu bahkan mati rafflesianya.

Namun, menurut Sofie, banyak yang tidak tahu dengan menginjak bahkan menduduki inangnya saat berfoto dengan rafflesia.

“Dia (rafflesia) tumbuh di inangnya yang malang-melintang itu kemana-mana. Wisatawan banyak yang tidak tau, menginjak akarnya bahkan foto sambil menduduki, bisa putus akar inangnya,”

  1. Dilarang terlalu dekat

Tumbuhan inang rafflesia yang merambat, semakin tua akan semakin luas menjalar. Hal itu membuat jarak aman melihat bunga langka tersebut amat beragam.

“Kalau inangnya muda lima meter sudah aman, tapi kalau inangnya tua, akarnya kemana-mana bisa lebih dari lima mater. Jarak dekat pasti ada inangnya itu,” ujar Sofie yang sejak 2004 meneliti puspa langka ini.

Ia menyarankan untuk memperhatikan jalur akar pohon inang rafflesia, agar tidak diganggu bahkan dirusak. Pengaman seperti pagar di beberapa kebun raya bisa dipasang.

“Sangat riskan terjadi di hutan atau kebun yang tanpa penjagaan. Sehingga tour guide dan wisatwan bisa sembarangan memperlakukan bunga rafflesia ini, karena mereka memang belum paham,” kata Sofie, yang rutin mendapat informasi dari Forum Komunikasi Rafflesia dan Amorpophalus.

  1. Dilarang menyentuh

Menyentuh ialah salah satu kebiasaan yang masih banyak ditemui orang yang melihat rafflesia. Baik wisatawan, masyarakat lokal, maupun pemandu wisata.

Menurut Sofie, wisatawan sebaiknya tidak menyentuh bunga rafflesia. Kata Sofie, saat menyentuh bunga rafflesia bisa menyebabkan transfer bakteri hingga pengrusakan oleh oknum manusia.

“Perlakuannya sama saja seperti ketemu hewan langka, monyet misalnya, kan harus steril, atau tidak nyentuh. Tangan itu riskan menyebarkan bakteri, yang dipegang sebelumnya apa, kita tidak tau,” ucap Sofie.

  1. Merusak berarti membunuhnya

Terakhir ia memberi peringatan keras pada oknum yang masih merusak. Memetik beberapa bagian atau semuanya untuk keperluan pribadi.

“Kadang ada tourist guide yang sengaja nyabut bunganya, dikasih ke bule supaya bisa nyium bau khasnya bunga (rafflesia). Sudah itu matilah, lepas dari inangnya,” kata Sofie.

Terakhir ia berharap agar lebih disosialisasikan informasi mengenai rafflesia. Agar banyak wisatawan dan pengelola wisata yang sadar akan berharganya puspa langka Indonesia tersebut. (*)

Exit mobile version