AGAM, HARIANHALUAN.ID – Nagari Sungai Batang merupakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Agam, kini menjadi pusat perhatian dalam program pemajuan kebudayaan yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Setelah berjalan selama tiga tahun, Nagari Sungai Batang kembali dipercaya untuk melanjutkan program ini pada tahun 2024. Program ini bertujuan untuk mengangkat dan mempromosikan kekayaan budaya lokal dengan harapan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lainnya di Indonesia.
Pendamping Desa Budaya Sungai Batang, Rudi Yudistira menyampaikan program ini merupakan kesempatan langka bagi desanya untuk lebih dikenal dan dihargai.
“Tahun ini, kami mendapatkan kesempatan dalam program aktivasi pemanfaatan kebudayaan yang tidak hanya akan mempromosikan, tetapi juga memviralkan kekayaan budaya di Sungai Batang,” ujarnya saat diwawancarai, Jumat (20/12).
Pada tahun 2024, Nagari Sungai Batang menjadi salah satu dari tujuh desa terpilih yang mendapatkan dana apresiasi dari Kemendikbud. Desa ini sebelumnya berhasil lolos dari seleksi ketat, di mana hanya 350 desa dari 70.000 desa di Indonesia yang mendapat kesempatan, dan angka itu menyusut hingga menjadi sekitar 100 desa di tahun ketiga program ini.
“Kami merasa bangga bisa menjadi bagian dari desa yang dianggap sukses dalam menjalankan program pemajuan kebudayaan ini,” tambah Rudi.
Pada Oktober 2024 lalu paparnya, Sungai Batang ikut serta dalam kegiatan evaluasi dan pemantapan di Sumpu, Tanah Datar, Sumatera Barat. Sebanyak 30 desa dari seluruh Indonesia diundang untuk melakukan evaluasi dan berbagi pengalaman tentang program pemajuan kebudayaan yang telah mereka jalankan. Dari 30 desa tersebut, tujuh desa termasuk Sungai Batang, terpilih untuk menerima apresiasi.
Rudi menyebut, Sungai Batang telah melaksanakan berbagai aktivitas budaya, seperti pengenalan surau sebagai pusat pendidikan agama, kegiatan pertanian tradisional, serta kesenian dan upacara adat Minangkabau. Rudi menjelaskan bahwa dalam program aktivasi ini, seluruh aspek kebudayaan di desa mereka akan dipublikasikan dan dipromosikan.
“Kami akan menonjolkan berbagai objek kebudayaan di desa, seperti surau, alat tangkap ikan di danau, alat pertanian tradisional, serta kesenian seperti tari, tambua tansa, silek dan pasambahan,” ungkapnya.
Salah satu hal yang menjadi fokus utama dalam program ini adalah dokumentasi kebudayaan. Rudi dan timnya telah membuat berbagai dokumen dan buku yang merangkum pemajuan kebudayaan di desa mereka.
“Kami telah mendokumentasikan berbagai tradisi dan kegiatan kebudayaan, yang nantinya dapat menjadi pedoman bagi nagari atau desa lainnya dalam memajukan kebudayaan mereka,” jelasnya.
Program ini bertujuan untuk menggali dan mengangkat kembali nilai-nilai budaya lokal yang semakin terkikis oleh zaman. “Kami ingin generasi muda, khususnya para pelajar dan guru, bisa mendapatkan referensi dari tokoh-tokoh besar seperti Buya Hamka tentang bagaimana mendidik anak dengan karakter yang kuat, yang berlandaskan pada nilai-nilai budaya dan adat Minangkabau,” kata Rudi.
Menurut Rudi, Sungai Batang memiliki kekayaan budaya yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan Buya Hamka, seorang ulama dan tokoh intelektual terkenal asal daerah itu.
“Kami memilih tema Manikam Jajak Buya Hamka karena kami ingin mengenalkan generasi muda tentang bagaimana Buya Hamka dibentuk oleh nilai-nilai budaya yang ada di sini. Ini adalah cara kami untuk mengenang dan menghargai warisan budaya yang telah membentuk karakter Buya Hamka,” ujar Rudi.
Selain kegiatan budaya, salah satu acara penting dalam program aktivasi ini adalah perkemahan dan penelusuran rute-rute sejarah kehidupan Buya Hamka semasa kecil.
“Kami mengajak pelajar untuk menelusuri tempat-tempat yang pernah dikunjungi Buya Hamka semasa kecil, seperti tempat beliau bermain dan belajar di sekitar Sungai Batang,” kata Rudi.
Sekitar 100 pelajar dari SD dan MTsS Muhammadiyah Sungai Batang turut serta dalam kegiatan ini. “Meskipun semula kami mengundang lebih banyak peserta, cuaca yang tidak mendukung membuat kami harus membatasi jumlah peserta. Namun, antusiasme mereka sangat luar biasa,” ujar Rudi.
Kegiatan ini tidak hanya sekadar mengenal sejarah Buya Hamka, tetapi juga untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya melestarikan budaya.
Kegiatan lainnya yang diadakan adalah pengenalan masakan tradisional Minangkabau, terutama cara memasak ikan rinuak, ikan endemik khas Danau Maninjau.
“Kami ingin menunjukkan peran perempuan dalam melestarikan budaya kuliner. Ibu-ibu di desa ini memainkan peran penting dalam mendidik anak-anak mereka, salah satunya melalui masakan yang mengandung nilai gizi yang tinggi,” jelas Rudi.
Di malam harinya, acara dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian tradisional Minangkabau. Salah satunya adalah penampilan tari silat dan tambua, yang merupakan bagian dari warisan budaya yang harus terus dilestarikan.
“Melalui kesenian ini, kami ingin menunjukkan kepada generasi muda bahwa budaya tradisional kita masih hidup dan relevan hingga sekarang,” ujar Rudi.
Tak hanya itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh berbagai pihak yang turut berkolaborasi, termasuk pemerintah daerah, kecamatan, dan nagari.
“Kami bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, serta berbagai instansi terkait untuk memastikan program ini berjalan dengan baik,” tambah Rudi.
Hadir dalam acara tersebut lanjutnya, Kepala BKSDA Sumatera Barat, Lugi Hartanto yang memberikan dukungan penuh terhadap upaya pelestarian kebudayaan ini.
“Kami sangat mendukung program pemajuan kebudayaan di Desa Sungai Batang. Ini adalah langkah yang sangat positif untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang ada di Minangkabau,” ujar Lugi saat pelaksanaan Manikam Jajak Buya Hamka beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Agam, Taslim juga memberikan apresiasi terhadap kegiatan yang dilakukan di Desa Sungai Batang.
“Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lainnya untuk lebih mengoptimalkan potensi kebudayaan yang mereka miliki,” kata Taslim.
Menurut Rudi, tujuan akhir dari semua kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan dana desa yang diarahkan untuk pengembangan kebudayaan.
“Kami berharap desa-desa lain, baik di Sumatera Barat maupun di seluruh Indonesia, bisa mencontoh apa yang kami lakukan di Desa Sungai Batang. Dengan begitu, kebudayaan lokal bisa menjadi sumber kekuatan ekonomi dan sosial bagi masyarakat,” harap Rudi.
Dengan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan, Desa Sungai Batang kini menjadi salah satu desa contoh dalam program pemajuan kebudayaan yang diharapkan bisa menginspirasi desa-desa lainnya di Indonesia.
“Kami yakin dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat dan instansi terkait, kebudayaan lokal dapat terus berkembang dan memberi manfaat besar bagi kehidupan masyarakat,” tutup Rudi Yudistira. (*)