Sungguh mengiris hati melihat kondisi Syaikh Mulyadi, seorang guru surau di Jorong Ketinggian, Sarilamak, Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
Puluhan tahun ia bertahan di rumah kayu reot warisan orang tua, tanpa listrik, tanpa kamar mandi, hanya bermodalkan penerangan tenaga surya.
Tragisnya, setiap musim pesta demokrasi, para calon anggota DPR RI dan DPRD ramai-ramai datang memohon restu, namun seketika melupakannya setelah meraih kemenangan.
Saat awak media bersama penggiat sosial Luak 50 menyambangi rumah Syaikh pada Minggu (27/04/2025), kondisi tempat tinggal berukuran 3×3 meter itu tampak sangat memprihatinkan.
Di usia 57 tahun, Syaikh Mulyadi tetap tegar menjalani hidup sebagai petani dan tukang serabutan. Ia tidak pernah merasakan manisnya program bantuan pemerintah seperti PKH atau bantuan sembako.
Saat ditanya mengapa tidak mengajukan bantuan, ia menjawab tenang, “Saya tidak pernah meminta-minta. Bukankah tugas pemerintah membantu rakyat yang membutuhkan?”.
Padahal, menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pemerintah wajib menyediakan rumah layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah.