PADANG PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID — Dentuman gendang bertalu serentak memecah kesunyian sore di Pasie Katapiang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), Sabtu (25/10/2025).
Suara ritmis itu menandai dimulainya Pekan Kebudayaan Nagari Katapiang bertajuk “Katapiang Bagalanggang”, sebuah helat budaya yang memadukan semangat tradisi, gotong royong, dan kebanggaan anak nagari.
Dengan penuh khidmat, prosesi pembukaan dilakukan oleh jajaran tokoh adat dan pejabat daerah, mulai dari Pucuk Adat Nagari Katapiang, Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, St. Yusuf Tuangku Mudo dari Pagaruyung, Camat Batang Anai, Kapolsek Batang Anai, hingga Danramil Batang Anai.
Acara yang berlangsung hingga Minggu (26/10/2025) itu menghadirkan suasana semarak di pesisir Katapiang. Bendera warna-warni berkibar, musik tradisional menggema dan masyarakat tumpah ruah menyaksikan ragam pertunjukan khas Minangkabau.
Ketua pelaksana, Arman Koto, menyebut kegiatan ini lahir dari inisiatif masyarakat, tokoh adat dan pemuda-pemudi nagari. “Semua berawal dari niat untuk membangkitkan kembali nilai-nilai tradisi yang mulai memudar di tengah modernisasi. Dengan gotong royong dan dukungan warga, Katapiang Bagalanggang akhirnya bisa terlaksana,” ujarnya.
Rangkaian kegiatan diisi dengan lomba nyanyi lagu Minang, pertunjukan silek (pencak silat), atraksi seni budaya, dan lomba managué yang diikuti bundo kanduang dari seluruh korong di Nagari Katapiang. Anak-anak sekolah dasar hingga SMA pun ikut berpartisipasi, mengenakan pakaian adat Minang yang menambah keindahan suasana.
Salah seorang pengunjung, Zainal (46), mengaku terharu menyaksikan kemeriahan festival ini. “Senang sekali bisa melihat kembali tradisi yang hampir jarang muncul. Ini harus terus dijaga, agar tak hilang ditelan zaman,” katanya.
Lebih dari sekadar pesta budaya, Pekan Kebudayaan Nagari Katapiang Bagalanggang menjadi simbol kebangkitan kearifan lokal dan penguat jati diri anak nagari. Pemerintah daerah berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda tahunan yang bukan hanya memperkokoh identitas budaya, tetapi juga menggairahkan sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat.
Sebagaimana petatah Minang, “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”, semangat itu kini bergema kembali di tanah Katapiang, tempat di mana budaya bukan sekadar kenangan, melainkan denyut hidup yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. (*)














