HARIANHALUAN.ID – Desa Santua, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatra Barat (Sumbar), terus mengembangkan program kegiatan Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan (PKHP) agar para perempuan lebih kreatif untuk membuka peluang usaha, serta punya daya saing.
Salah satunya adalah program batik cap yang menggunakan alat cap batik sederhana yang terbuat dari limbah karton dan batik tulis, dengan teknis pembuatan motif langsung secara manual.
Kepala Desa Santua, Sri Adianto menjelaskan bahwa hal tersebut juga bentuk peningkatan UMKM di desa itu, selain UMKM yang telah berjalan. “Selain membatik, Desa Santua juga sudah membudidayakan peternakan burung dan produksi sendal,” katanya, Selasa (14/2/2023).
Namun produksi sendal kini sedang mati suri, karena berbagai alasan. Dalam pengembangan batik cap dan tulis, Desa Santua memberikan pelatihan kepada perempuan agar hasil yang didapat lebih berkualitas, karena pangsa pasar yang semakin dinamis.
Sementara peternakan burung sedikit terkendala karena tingginya harga pakan burung akibat Covid-19, imbasnya penjualan burung menurun drastis. “Padahal harga burung berkisar Rp300.000 hingga Rp1 juta perekornya. Tergantung keindahan kicauan dan motif warna burung,” katanya lagi.
Dalam perjalanannya, peternakan burung yang sekarang dikenal dengan rumah burung itu mengusung konsep satu rumah satu peternakan burung, dengan jenis lovebird dan murai.
Dia menambahkan, UMKM tersebut merupakan potensi yang memang harus dikembangkan, karena Desa Santua tidak memiliki potensi wisata seperti desa lain. “Salah satu potensi wisata yang harus digarap maksimal, yaitu Puncak Manih, namun masih terkendala akses,” ucapnya. (*)