Setelah mendengarkan panjang lebar materi yang disampaikan oleh narasumber, para peserta pelatihan langsung diajak kolokasi petani untuk praktek pertanian synecoculture, seperti yang disampaikan.
Dan sampai di lokasi tersebut peserta pelatihan sangat bersemangat mempraktekkan cara bertani synecoculture ini menanam berbagai jenis tanaman dalam lahan satu hamparan dan tetap melindungi ekosistem yang ada, tidak mengunakan bahan kimia, jadi hemat biaya dan tidak merusak lingkungan sekitarnya.
Dan secara kebetulan di lokasi tempat praktek juga ditemukan jenis serangga (galo-galo/kelulut dan nama lainya) yang dibudidayakan oleh petani.
Ken Ejiri menambahkan, ini sangat menarik kita belum menanam tanaman tapi sudah punya satu spesies serangga, yang nantinya akan membantu tanaman dalam penyerbukan bunga supaya cepat menghasilkan buah. Dibalik itu, juga mendapatkan keuntungan dari serangga (galo/galo) ini yaitu madunya.
Ken Ejiri dan kawan-kawan WNA lainnya secara langsung mencicipi madu galo-galo tersebut dengan rasa yang cukup khas dan tidak bisa dibandingkan dengan madu yang ada dipasaran, mereka sangat puas dan tertarik dalam penerapan pertanian synecoculture ini dan juga budidaya serangga (galo-galo) yang sangat menguntungkan bagi para petani.
Dengan adanya pelatihan ini pertanian synecoculture dari WNA asal Jepang ini, semoga petani Nagari Sungai Abu bisa lebih maju dan hasil pertaniannya lebih berkualitas karena mengunakan bahan-bahan yang alami (non kimia).
Selain itu, juga bisa menjaga ekosistem yang ada di dalam karena tidak semua ekosistem itu merugikan/menjadi hama, misalkan seperti serangga galo-galo atau dengan nama lainnya, madunya sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Bagi pembaca yang penasaran dengan khas rasa madunya, silahkan datang ke Nagari Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat. (*)