SUPAYANG, HARIANHALUAN.ID – Salah satu tradisi dan kearifan lokal masyarakat di Nagari Supayang, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok, tulak bala merupakan salah satu ritual yang masih tetap dilaksanakan.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu (10/2/2024) malam diikuti hampir seluruh masyarakat yang terdiri dari para lelaki. Acara ini diawali dengan zikir dan doa di Jorong Koto Kubang dan berakhir di Simpang Aia Kandang, Jorong Rumah Gadang.
Dimana, sepanjang jalan yang dilalui dilantunkan dengan zikir secara bersama-sama, yang mana setiap jalan dilalui rumah atau warung yang ada semua ditutup. Ini mengandung makna supaya keburukan yang ada tidak mampir di rumah atau warung masyarakat.
Wali Nagari Supayang, Darmansyah menyampaikan bahwa ritual tulak bala ini merupakan warisan turun temurun yang sudah ada sejak dahulu bahkan diperkirakan sewaktu zaman Syech Muchsin atau Syech Supayang.
“Ritual ini bertujuan untuk menolak segala bala yang akhir-akhir ini melanda nagari, seperti tikus dan babi yang merajalela, sehingga cukup meresahkan masyarakat sekaligus kesempatan ini juga untuk mendoakan pemilu yang beberapa hari lagi akan dilaksanakan berjalan lancar dan tidak menimbulkan perpecahan di masyarakat,” katanya.
Ia mengatakan, kegiatan hari ini merupakan rangkaian pertama dari tulak bala selama tiga malam berturut-turut sebelum ditutup pada minggu depan di Kubang Kaciak, dengan memotong seekor kambing, doa bersama dan terakhir ditutup dengan letusan senapan.
“Ini mempunyai filosofi bahwa semua bala dan keburukan dijauhkan dari Nagari Supayang. Ritual tulak bala ini juga sempat terhenti akibat Covid yang sempat melanda,” ucapnya.
Sementara itu, Pamong Budaya Wirasto mengatakan bahwa kearifan lokal masyarakat harus tetap dilestarikan sebagai warisan budaya tak benda, yang mana dahulu hampir semua nagari di Kabupaten Solok punya ritual sebagai kekayaan budaya yang saat ini sudah mulai jarang dilakukan.
“Kabupaten Solok sangat kaya dengan beragam budaya, seperti ritual khusus ini,” kata Wirasto. (*)