PAYAKUMBUH, HARIANHALUAN.ID – Berkunjung ke Kampung Adat Balai Kaliki, Nagari Koto Nan Gadang, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh, bisa dijadikan wisata baru bagi yang menyukai wisata adat dan sejarah. Kampung Adat Balai Kaliki ini merupakan salah satu destinasi wisata budaya dan edukasi di Sumatra Barat (Sumbar) yang diresmikan oleh Gubernur Sumbar pada akhir tahun 2019 lalu.
Dalam sejarahnya, kawasan kampung adat ini awalnya ada pada abad 17 akhir yang merupakan suatu lahan kosong, di mana di daerah itu banyak terdapat kebun kalikih (pepaya) yang rimbun. Perkebunan ini membuat beberapa kaum menempati lahan tersebut.Sejumlah kaum tersebut pada masa itu mulai bercocok tanam dan membuat permukiman di sana, yang kini menjadi kawasan permukinan tradisional Balai Kaliki yang dihuni oleh kaum adat yang masih mempertahankan adat istiadat Minangkabau.
Kawasan permukiman tradisional Balai Kaliki ini sekarang menjadi satu-satunya yang tersisa untuk melaksanakan perjalanan adat Minangkabau yang berada di Payakumbuh. Kawasan ini terdiri dari berbagai macam tipe rumah gadang, karena didiami oleh beberapa macam kaum, yang membuatnya berbeda-beda tipe rumah gadang untuk kalangan yang berpenghasilan tinggi yang mengalami perubahan dari dinding kayu menjadi pasangan batas pesikapur, dan untuk kalangan menengah ke bawah pada masa itu membiarkan kondisi rumah gadang termasuk pada zaman sekarang.
Ragam yang terdapat pada kawasan ini masih berpedoman dari Batusangkar dan kolonial di mana kapur masih mendiami beberapa rumah gadang. Untuk corak profil rumah gadang memakai tipe Eropa (kolonial), dan untuk profil kayu masih memakai tipe tradisional Minangkabau. Setiap rumah gadang memiliki rangkiang yang berfungsi untuk menyimpan beras, dan bangunan ini untuk beberapa rumah gadang telah hilang.
Tatanan kawasan ini terbilang rapi dari kawasan yang lain, ditandai dengan susunan yang terdapat pada kawasan ini dan jarak kawasan dari jalan utama kota yang membuat kawasan ini ideal untuk tinggal.
Ada bagian tertentu dari rumah gadang yang dipengaruhi oleh budaya luar. Bagian bawah rumah gadang sudah dibuat dari campuran pasir dengan telur dan sudah hampir semua pakai bata, dan ada yang campuran dari kapur.
Pada umumnya rumah gadang di Kawasan Tradisional Balai Kalikitelah berusia lebih dari 100 tahun. Hampir keseluruhanrumah gadang terbuat dari kayu dan batu dengan gaya dan ukuran yang beragam. Bentuk dasarnya berupa persegi panjang dengan konstruksi bangunan yang mengembang ke atas.
Pada beberapa komponen rumah gadang ada yang telah dilakukan perbaikan maupun penambahan. Seperti perubahan tangga kayu menjadi tangga semen. Perubahan juga terlihat pada penambahan material baru seperti penambahan kaca, plafon, cat maupun keramik. Tidak hanya pada bangunan rumah gadang, perubahan atau modifikasi yang paling terlihat adalah perubahan lingkungan atau lanskap. Konsep keaslian keruangan pemukiman tradisional Minangkabau sudah mengalami degradasi dan tidak begitu jelas terlihat. Banyak rumah gadang di dalam kawasan ini yang sudah disambung dengan bangunan baru. Perubahan ini terjadi karena beberapa faktor seperti pergeseran cara hidup masyarakat, kebutuhan akan ruang hunian baru, material arsitektur asli yang sulit untuk dicari dan lain sebagainya. (*)