Tamat SMA dengan predikat lulusan terbaik IPA se-Sumatera Tengah (1954), Ezrin meneruskan ke Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB, waktu itu masih berstatus Fakultas Teknik UI). Setahun di ITB, Ezrin lulus beasiswa Colombo Plan untuk meneruskan pendidikan ke Fakultas Arsitektur, Bangunan dan Perencanaan di Melbourne University, Australia. Setelah memperoleh gelar sarjana muda (Bachelor in Architecture) tahun 1960, dia melanjutkan ke program pascasarjana bidang Perencanaan Kota dan Wilayah (Town and Regional Planning) di universitas yang sama. Dua tahun terakhir di Melbourne, Ezrin juga menyambi kerja di sebuah firma arsitektur swasta di kota itu.
Kembali ke Indonesia tahun 1962, sebagai penerima beasiswa Colombo Plan, Ezrin Arbi menjalani wajib kerja selama tujuh tahun di Kementerian Perindustrian. Dikisahkan dalam buku otobiografinya, Liku Hidup Perantau Minang: Dari Bukit Tinggi ke Kuala Lumpur (2016), pada tahun 1968 ia dikirim untuk mengikuti kursus Project Analysis di United National Asian Institute for Economic Development and Planning (UNAIEDP). Institut ini dikelola oleh Komisi Ekonomi PBB untuk Asia dan Timur Jauh (Economic Commision for Asia and East Fara) atau ECAFE.
Pengalaman 3 bulan di Bangkok itu yang memantik keinginan Ezrin untuk bekerja di luar negeri, seumpama di lembaga ekonomi dan pembangunan PBB tersebut. Namun untuk bekerja di lembaga itu, saratnya harus punya pengalaman kerja di lebih dari satu negara dengan masa kerja minimal sepuluh tahun. Jelas Ezrin belum cukup syarat. (Bersambung Bagian 2: Hijrah ke Malaysia…)