Pengalaman 3 bulan di Bangkok memantik keinginan Ezrin untuk bekerja di luar negeri, seumpama di lembaga ekonomi dan pembangunan PBB tersebut. Namun untuk bekerja di lembaga itu, saratnya harus punya pengalaman kerja di lebih dari satu negara dengan masa kerja minimal sepuluh tahun. Jelas Ezrin belum cukup syarat… (Sambungan Tulisan “Liku Hidup Prof. EM. Ezrin Arbi, Putra Minang Si Perancang Kota Kuala Lumpur Malaysia” terbit, Selasa (17/01/23).
Hijrah ke Malaysia
HARIANHALUAN.id – Setelah tiga bulan di Bangkok, sebelum pulang ke Indonesia akhir 1968, Ezrin singgah di Kuala Lumpur untuk bertemu teman serumah ketika kuliah di Australia dulu, yaitu Abdul Ghani Ahmad. Waktu itu, Ghani yang seorang akuntan adalah Pengarah Majelis Amanah Rakyat (MARA), sebuah badan yang berfungsi melaksanakan pelbagai usaha khusus untuk memajukan kaum Bumiputra yang ketinggalan dibandingkan kaum lain seumpama China.
MARA membawahi sebuah perguruan tinggi bernama Institut Teknologi MARA (ITM) yang kelak menjelma menjadi Universiti Teknologi MARA (UiTM).
Bertemu dengan Ghani dan teman-teman sama kuliah di Melbourne dulu, mereka kemudian secara spontan mengajak Ezrin bekerja di Malaysia karena negara tetangga itu masih kekurangan tenaga profesional Melayu. Terutama di bidang arsitektur dan perencanaan kota yang menjadi keahlian Ezrin. “Kalau awak minat, hubungi saya nanti,” bisik Ghani ketika mengantar Ezrin ke Bandara Subang untuk kembali ke Indonesia.
Kembali ke Tanah Air, daya tarik untuk bekerja di luar negeri, khususnya di ECAFE terus menggoda Ezrin. Guna memenuhi persyaratan, ia tertarik untuk bekerja di Malaysia sebagai batu loncatan menambah pengalaman dan masa kerja. Setelah dia diskusikan dengan istrinya Nursasi Tubangi, wanita asal Jawa Tengah yang ia panggil Sas, ternyata rencananya mendapat dukungan.
Bulan Juni 1969, setelah menyelesaikan wajib kerja tujuh tahun di Indonesia, Ezrin Arbi pun hijrah ke Malaysia dan diangkat menjadi pensyarah (dosen) untuk Kajian Seni Bina, Perancangan dan Ukur di ITM. Selama 16 tahun mengabdi di ITM, Ezrin pernah memegang berbagai jabatan di antaranya sebagai Ketua Kursus (Ketua Prodi) dan Ketua Kajian (Ketua Peneliti) lalu menjadi Pensyarah Utama pada tahun 1981.