Lapek Barajuik, Kuliner Asli Kampung Aro yang Disukai Gubernur Azwar Anas

OLEH: SATRIANDI (MAHASISWA PASCASARJANA UNITAS)

Oleh SATRIANDY

Mahasiswa Magister Manajemen (MM) FEB Univ. Tamansiswa Padang

Sudah menjadi kebiasaan   penulis diatas setiap hari kamis saat pasar mingguan di Nagari Pakandangan yang dikenal dengan “Balai Kamih”, mencari sesuatu yang unik. Yang ada antara lain produk kuliner yang unik yaitu “lapek Barajuik”.

Lapek barajuik adalah sejenis makanan ringan yang terbuat dari olahan Buah pisang kepok atau kalau kami di pakandangan menyebutnya “Pisang Timbatu”. Selain harga satu renteng Lapek Barajuik ini murah makanan ini bisa dipastikan setiap hari Kamis di Pasar Pakandangan Nagari Pakandangan Kecamatan Enam Lingkung. Makanan unik ini ada.

Proses pembuatan lapek barajuik pun tidak rumit, sehingga siapa pun bisa mepelajarinya. Lapek barajuik terbuat dari Pisang Timbatu yang dihancurkan dan dicampur dengan tepung beras, tepung ketan dan garam. Lalu di tengahnya ada inti yang terbuat dari parutan kelapa yang dimasak dengan gula merah, garam, air dan tepung ketan. Lalu dibungkus dengan daun pisang, dan dirajut dengan tali rafia, dikukus selama kurang lebih 30 menit.

Rasa dari lapek barajuik ini hampir sama dengan limpiang pisang dan sama-sama terbuat dari pisang yang dihancurkan dan dicampur dengan tepung. Namun untuk lapek barajuik pisang yang digunakan hanyalah Pisang Timbatu sedangkan limpiang pisang bisa menggunakan semua jenis pisang.

Selain itu untuk inti lapek barajuik terbuat dari kelapa dan gula merah. Sedangkan limpiang pisang hanya gula merah. Untuk terkstur limpiang lebih lunak dibandingkan lapek barajuik.


“Untuk rasa tidak beda jauh lah dengan limpiang pisang. Namun, yang membuat lapek barajuik ini spesial adalah pisang yang lebih banyak daripada tepung. Jadi rasanya unik dari rasa pisang yang sedikit asam manis di tengahnya ada parutan kelapa dengan gula merah yang menyebabkan rasa sedikit asam tadi berubah menjadi manis.”

Keunikan Lapek Barajui ini adalah, selain proses pembuatnya cepat namun bisa tahan lama atau masa expayernya cukup lama. Inilah yang membuat penulis suka atau boleh dikatakan salah satu penikmat produk kuliner dari UMKM di Nagari Pakandangan ini. Untuk mendapatkan nya selain di Balai Kamih (pasar pakandangan), bisa juga di pasar Lubuk Alung atau di Pasar Sicincin. Namun untuk lebih pasti adanya di setiap hari kamis di Pasar Pakandangan tersebut. Kemudian bisa juga didapatkan langsung di tempat produksinya di Kampuang Aro Nagari Pakandangan.

Pelanggan dari perantauan bisanya sebelum berangkat kembali kerantau biasanya langsung memesan lapek Barajuik atau lapek Kampuang Aro ini ke rumah produksinya.

Perlu dibuka sejarah lapek tersebut dibuat, dimana mulai populernya, dimana asal muasal lapek itu muncul dan segala macamnya.

Pada kesempatan tulisan ini, penulis menglarifikasi tentang keberadaan lapek barajut tersebut. Perlu diketahui bahwa lapek barajut itu nama aslinya adalah “Lapek Kampung Aro”. Lapek Asal dari daerah Kampung Aro.

Sejarah lapek Kampung Aro ini dipopulerkan oleh Gubernur Ir. Azwar Anas diera 80an. Mereka bersama rombongan kementrian pada waktu itu datang acara kunjungan kerja ke Kampung Aro, dalam rangka mengunjungi peternak ternak ayam kampung.

Pada kesempatan kunjungan tersebut, Gubernur Sumbar melihat makanan, lalu  bertanya pada Ibu PKK Desa Balah Aie, Kecamatan Perwakilan Pakandangan, Kecamatan 2×11 Enam lingkung Daerah TK II Padang Pariaman.

“Ini apa nama lapeknya?,  seperti peluru bulando bauntai” kata Pak Gubernur.  “Ini Lapek Kampuang Aro Pak” jawab Ibu-ibu PKK tersebut, lapek pisang khas Desa Balah Aie. Yang sekarang desa tersebut  menjadi Nagari Koto Tinggi.

Selesai acara tersebut, Ibu-ibu PKK Balah Aie menjadikan lapek Kampung Aro menjadi ole-ole/bingkisan yang dibawa juga oleh rombongan Kemetrian, rombongan Gubernur, rombongan Bupati, rombongan Pak Camat, dan tamu lain yang datang pada acara tersebut.

Semenjak acara tersebut, Bupati dan Kepala Dinas di PemkabTK II Padang Pariaman menjadikan lapek Kampung Aro sebagai makan khusus dalam jamuan acara atau rapat-rapat di pemerintah. Sehingga lapek kampung aro semakin pupoler dan menjadi makan khas dari daerah Padang Pariaman atau Minangkabau.

Lapek Kaampung Aro ini memang enak. Jika dibawa ke daerah lain lapek tanpa bahan pengawet ini bisa tahan 3 minggu. Jika ditarok dalam kulkas bisa tahan bulanan.

Pada tulisan ini perlu ditegaskan bahwa lapek barajut itu nama sebenarnya lapek Kampung Aro, lapek khas urang Piaman yang sudah mendunia. Harapan dengan adanya klarifikasi dari penulis yang lahir dan besar berasal dari daerah lapek ini diciptakan agar publik mengetahui jelas asal muasalnya. Sehingga bisa memberikan penghargaan pada leluhur yang menciptakan lapek kampung aro tersebut.

Untuk pengembangan jenis usaha kuliner yang unik ini mungkin bisa melakukan inofasi yang mana kemasanya tidak berubah namun ditambah dengan bungkus atau kemasan lain yang bisa membuat lapek barajuik atau lapek kampuang aro ini bisa dipasarkan di pasar yang lebih luas, atau kalau bisa keluar dari sumatera barat.

Mengingat keunikan jenis makanan ini tentunya diperlukan sentuhan pola pemsaran yang lebih baik sehingga pelaku usaha ini merasakan bahwa keunikan hasil produksinya benar benar menjadi sumberpenghasilan yang menjanjikan

 Apalagi bia ada anak nagari yang memiliki kemampuan menjamin makanan tersebut bisa dipasarkan di super market atau pusat pemasaran makanan ringan lainnya tentunya ini adalah suatu prestasi yang membanggakan untuk nagari dan bermanfaat langsung untuk pelaku usaha ini. (*)

Exit mobile version