PADANG, HARIANHALUAN.ID – Pakaian putih, koper, topeng, kaca mata, tepung, kursi dan meja, menjadi artisitik utama dari seni pertunjukan BA A DUT. Benda-benda itu terus bergerak dikawani sorot lighting sejak pertunjukan itu dilangsungkan dan hingga berakhir.
BA A DUT yang diperankan Ichalago dari komunitas Selingkung Bumi (Jambi) itu memainkan 60 menit lebih pertunjukannya di atas panggung Gedung Manti Menuik, Ladang Tari Nan Jombang, pada Festival Nan Jombang, Senin (3/6).
Gerak benda dan tubuh Ichalago si pemain BA A DUT mengabarkan pesan bahwa “bohong” sebenarnya telah mengendap dalam diri seorang manusia, di mana kata “bohong” sendiri telah menjadi salah satu cara atau jalan manusia – dengan porsinya masing-masing – untuk mengawetkan kelangsungan hidupnya.
Pakaian putih bak kain ihram yang dikenakan Ichalago, seakan merepresentasikan hakikat manusia yang terlahir suci. Namun belenggu terus membayang dalam dirinya, ketika ditandai oleh kedatangan pemain kedua (bertopeng tanpa pakaian) yang seakan menjadi penawar kebohongan kepada Ichalago selaku pemeran utama.
Kebohongan menawari Ichalago (manusia terlahir suci) untuk dapat mencapai kebahagiaan atau barangkali demi menyelematkan hidupnya. Sehingga “bohong” itu pada akhirnya terus bersarang dalam diri setiap manusia dalam menjalani kehidupannya.
Ichalago sang penyampai pesan terus bergerak dengan resah. Kain putih yang tipis dan lembut melayang indah di tubuhnya. Raut wajah tak terlihat, ditutupi topeng yang menjadi penutup resah Ichalago yang dalam keterpaksaannya harus menambali hidupnya dengan kebohongan diri sendiri dan atau untuk orang lain – agar “bahagia” dan “selamat” sesaat.