Pada pertemuan pertama layanan konseling diberikan dengan format klasikal ditambah dengan materi penjelasan apa itu bullying, bentuk perilaku bullying, dampak perilaku bulllying terhadap korban dan pelaku, serta usaha dalam mengatasi perilaku bullying di kalangan pelajar.
“Setelah kegiatan pertama, dilakukan proses selanjutnya yaitu melaksanakan evaluasi dan analisis hasil evaluasi, dan di lain kesempatan kami akan melanjutkannya dengan pelaksanaan layanan konseling dengan format kelompok serta individual,” ulas Wira.
Anggota tim pengabdian, Citra Imelda Usman menegaskan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam menanggulangi perilaku bullying di kalangan siswa. Sebab, kata dia, berdasarkan data yang ada hingga pertengahan di pengujung tahun ini terjadi peningkatan perilaku bullying di kalangan siswa. Mirisnya lagi di salah satu sekolah dasar di Indonesia korban perilaku bullying ini malah ada yang meninggal dunia.
Fuaddillah Putra juga menambahkan, berangkat dari persoalan tadi, dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling UPGRISBA terjun langsung ke lapangan memberikan pelayanan konseling kepada peserta didik.
Sehingga impian salah satu tokoh pendidikan Indoneia Ki Hajar Dewantara dapat diwujudkan, yakni pendidikan harus menjadi sarana untuk mewujudkan impian dan hak anak-anak, serta dapat menuntun anak-anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ia pun juga menegaskan, adapun moto dari bimbingan konseling ini adalah “di sekolah siap, di luar sekolah sigap, dan di mana-mana siap”. (*)