PADANG, HARIANHALUAN.ID- Dalam setiap pencapaian, seseorang selalu memiliki sebuah prinsip hidup yang akan mengantarkannya kepada panggung-panggung keberhasilan.
Begitu pula bagi Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Andalas (UNAND), Fery Andrianus. Baginya, ada tiga warisan dari orang tua yang selalu ia pegang sejak kecil. Warisan yang ditanamkan ini bukan sekadar nasihat, melainkan prinsip hidup yang telah membentuk dirinya menjadi pribadi yang kuat dan teguh pendirian.
Tiga prinsip tersebut telah mengantarkannya pada berbagai pencapaian besar dalam hidupnya, dan kini, ia pun meneruskan nilai-nilai itu kepada anak-anaknya agar mereka juga dapat menjalani kehidupan dengan pijakan yang kokoh.
“Orang tua saya tidak pernah memberikan banyak larangan atau membatasi langkah saya. Mereka tidak pernah mengatakan ‘jangan lakukan ini’ atau ‘tidak boleh itu’, mereka hanya memberikan tiga pesan sederhana, jaga ibadah, jaga kesehatan, dan buatlah orang tua bangga dengan setiap tindakan yang dilakukan. Dari tiga pesan inilah saya menemukan kompas moral yang selalu membimbing saya dalam setiap keputusan,” tutur Fery.
Kepercayaan yang diberikan menjadikannya pribadi yang terbuka dalam pergaulan. Ia tidak pernah memilih-milih teman hanya berdasarkan latar belakang atau status sosial. Ia percaya bahwa karakter seseorang tidak ditentukan oleh dengan siapa mereka bergaul, tetapi oleh prinsip yang mereka pegang.
“Hidup ini harus memiliki prinsip yang jelas. Jika tidak, kita akan mudah hanyut terbawa arus. Dengan prinsip yang kuat, siapapun teman kita, bagaimanapun lingkungannya, kita tetap bisa berdiri tegak dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif,” katanya.
Ia mengakui, meskipun orang tuanya hanya menanamkan tiga prinsip sederhana, ia merasa seolah-olah sudah dikunci dalam koridor yang benar. Namun, itu bukanlah belenggu yang mengekang, melainkan panduan yang membuatnya tetap berada di jalur yang tepat.
Selain tiga prinsip utama yang diwariskan oleh orang tuanya, ia juga sangat menanamkan nilai kejujuran dalam dirinya. Menurutnya, kejujuran adalah modal utama dalam kehidupan. Dengan jujur, seseorang akan mendapatkan kepercayaan, dan dari kepercayaan itulah kesuksesan akan mengikuti.
“Namun, kejujuran bukanlah hal yang selalu mudah. Ada kalanya kejujuran dianggap aneh atau bahkan membuat seseorang menghadapi risiko besar. Tidak semua orang menyukai kejujuran. Tapi yang terpenting bukanlah mengumumkan kepada dunia bahwa kita adalah orang jujur,” ujar Fery.
Dalam dinamika kehidupan, sambungnya, kejujuran paling utama adalah jujur kepada Tuhan dan kepada diri sendiri. Ia selalu berpikir tidak perlu mencari pengakuan atas perbuatan baik yang dilakukan karena kebaikan yang dilakukan dengan tulus akan tetap mengalir dan memberikan dampak tanpa harus dipamerkan.
Ia juga menekankan pentingnya memilih dengan bijak dalam kehidupan yang serba cepat dan instan seperti sekarang ini. Dalam dunia yang penuh dengan berbagai pilihan, manusia dituntut untuk memilah mana yang benar-benar membawa kebaikan. Namun, sebaik apapun pilihan yang diambil, tanpa usaha dan kerja keras, tidak akan ada hasil yang bisa dicapai.
“Keyakinan juga memegang peran penting dalam hidup. Saya percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup saya adalah yang terbaik yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh, kita bisa mencapai apa yang kita impikan,” ujarnya.
Sepanjang perjalanan kariernya hingga menjadi Dekan FEB UNAND, tiga pesan utama dari orang tua, prinsip kejujuran, dan kerja keras selalu menjadi pedoman hidupnya. Semua pencapaiannya tidak terlepas dari nilai-nilai yang telah tertanam sejak kecil, yang terus ia jalankan dengan penuh kesungguhan.
Ia lahir dari keluarga yang memiliki prinsip hidup yang kuat. Dari orang tuanya, ia belajar bahwa kerja keras disertai dengan ketulusan akan selalu mendatangkan hasil yang maksimal.
“Saya selalu percaya dengan satu kalimat, jika kamu ingin melihat Tuhan tersenyum, maka buatlah orang tuamu tersenyum terlebih dahulu,” tuturnya.
Masa kecilnya dihabiskan di Kota Padang. Ia menempuh pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga SMA di kota ini. Begitu pula dengan jenjang perguruan tinggi, di mana ia menamatkan pendidikan S1 di FEB UNAND serta meraih gelar doktor di fakultas dan kampus yang sama. Sedangkan kuliah strata II ia selesaikan di Universitas Gadjah Mada.
Sejak di bangku sekolah, ia dikenal sebagai siswa yang berprestasi dalam bidang akademik. Namun, baginya, lebih penting mencintai suatu bidang daripada sekadar mengejar peringkat.
“Memiliki keterampilan dalam satu bidang jauh lebih berharga daripada hanya fokus pada peringkat akademik. Inilah yang saya tanamkan kepada anak-anak saya. Saya ingin mereka bersinar dengan menguasai bidang yang mereka cintai, bukan sekadar mengejar angka-angka dalam rapor. Dengan begitu, mereka akan menjalani aktivitas dengan enjoy, tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi yang tidak sesuai dengan minat mereka,” ucapnya.
Selain itu, ia juga selalu berpegang pada prinsip hidup sederhana dan rendah hati. Baginya, tidak ada alasan untuk merasa lebih hebat dari orang lain, karena semua yang dimiliki di dunia ini bersifat sementara. Satu-satunya hal yang akan tetap abadi adalah kebaikan yang selalu ditanamkan dan diberikan kepada sesama.
“Hidup ini sementara. Seberapapun besar pencapaian yang kita raih, semua itu hanya titipan. Yang benar-benar akan bertahan adalah kebaikan yang kita lakukan dengan tulus,” kata Fery. (*)