Menurutnya, seorang sarjana akan banyak menghadapi tantangan, persoalan dan kompetisi di dunia kerja tidak gampang. Sebab, prosentase lulusan sarjana dari perguruan tinggi lebih banyak dari lapangan kerja.
“Sebagai alumni UIN Bukittinggi kita tidak boleh menundukkan kepala, harus siap berpacu dan berkompetisi dengan kampus kampus lain. Kita adalah kampus yang unggul, kampus yang hebat,” ujarnya.
UIN Bukittinggi, tidak hanya mengajarkan pendidikan umum saja, namun juga diajarkan juga pendidikan tentang agama. Persoalan keagamaan di UIN Bukittinggi lebih unggul dari perguruan tinggi lainnya.
Ia mengajak para alumni yang ingin bersilaturahmi pihak kampus menyediakan kantor untuk para alumni di kampus I Garegeh. Saat ini, program alumni yang sedang berjalan membuka dan mengirim tenaga kerja ke luar negeri, seperti ke negara Jepang, Australia dan Jerman.
Rektor UIN Bukittinggi, Prof. Dr. Silfia Hanani, S. Ag. M. Si mengatakan, UIN Bukittinggi kembali menggelar wisuda ke IX tahun akademik 2025. Lulusan yang diwisuda sebanyak 627 orang yang terdiri dari Fakuktas Syariah 70 orang, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 173 orang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 297 orang, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah 77 orang dan Pascasarjana 10 orang.
“Dari 10 pascasarjana, tiga orang diantaranya program S3. Semua wisudawan sudah mendapatkan titipan ilmu dari 204 dosen tetap dan lebih dari 100 dosen tidak tetap. Dosen tersebut sudah ada yang mencapai puncak karir bergelar guru besar atau profesor. Saat ini, ada 12 guru besar, tiga diantaranya baru saja keluar SK-nya,” kata Silfia.
Menurutnya, UIN Bukittinggi adalah rumah nalar, jiwa dan masa depan. Maka, ketika keluar dari gerbang kampus ini bawalah tiga hal yang sudah diperkuat, ilmu, integritas dan iman.
“Belajarlah dari kehidupan, berdialoglah dengan hati dan berjuanglah dengan budi. Selamat menempuh jalan baru. Jadilah cahaya bagi peradaban,” ujarnya.
Saat ini, UIN Bukittinggi sedang bekerja keras untuk menjadikan pusat keilmuan Islam yang unggul dan moderat mampu membangun dialog peradaban antara tradisi dan modernitas, antara iman dan rasio, antara lokalitas dan globalitas.