SAWAHLUNTO, HARIANHALUAN.ID – Warga Desa Lumindai di Kota Sawahlunto dibekali mitigasi memperkuat kapasitas warga menghadapi risiko bencana melalui pendekatan edukatif dan pemanfaatan teknologi. Dalam kesempatan itu warga dibekali pelatihan penggunaan aplikasi Google Maps untuk pemetaan wilayah dan jalur evakuasi berbasis komunitas.
Koordinator Tim Pengabdi, Dr. Hamdi, M.Si, menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dalam mendukung ketangguhan desa terhadap bencana. Kegiatan ini mengusung tema “Edukasi Mitigasi Bencana Berbasis Komunitas untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Masyarakat Desa Lumindai”
“ Materi ini diberikan Tim Pengabdian Fisika Universitas Negeri Padang (UNP) pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Lumindai, Kota Sawahlunto, Senin, 4 Agustus kemarin melalui Program Integrasi Prodi dan Nagari (PIPN),” katanya kepada Haluan Selasa (⅝) di Padang.
Dikatakannya, peserta mendapatkan empat topik utama. Materi pertama mengenai mitigasi bencana tanah longsor dipaparkan oleh Dr. Harman Amir, M.Si, yang menjelaskan potensi longsor di Desa Lumindai, penyebab geologis, dan strategi pencegahan berbasis masyarakat.
Materi kedua tentang sosialisasi pengelolaan lingkungan disampaikan Dr. (Cand). Zulhendri Kamus, M.Si, menekankan pentingnya pengelolaan lingkungan secara kolektif dan berkelanjutan. Dilanjutkan materi ketiga oleh Zulhendra, M.Si, yang memaparkan pembuatan peta rawan bencana tanah longsor. “Sementara materi terakhir dari Syafri, M.Si, memberikan pelatihan penggunaan aplikasi Google Maps untuk pemetaan wilayah dan jalur evakuasi berbasis komunitas,” ujarnya didampingi Dr. Harman Amir, M.Si mewakili Ketua LPPM UNP saat itu.
Sementara itu, Ketua Destana Desa Lumindai, Ismail Datuak Rajo Malano, menilai pelatihan berbasis komunitas sebagai langkah strategis jangka panjang. Ia juga menanya kelayakan tempat tinggal di zona rawan longsor, jenis tanaman penahan tanah, dan penerapan Google Maps di kehidupan masyarakat.
Menjawab hal ini, Dr. Harman Amir menegaskan pentingnya relokasi atau penguatan struktur pelindung di kawasan berisiko tinggi. Dr. (Cand). Zulhendri Kamus menyarankan penanaman vetiver, lamtoro, dan bambu lokal yang efektif menahan pergerakan tanah. Syafri, M.Si menambahkan bahwa fitur My Maps di Google Maps dapat dimanfaatkan untuk membuat peta desa, menandai titik rawan, fasilitas umum, dan jalur evakuasi yang bisa diakses warga.
Diskusi juga menghadirkan masukan dari Susilo Aji, perwakilan BPBD Kota Sawahlunto. Ia menyoroti masalah saluran air yang tidak terarah di pemukiman warga dan perlunya peta rawan bencana resmi agar masyarakat mengetahui zona aman. Menanggapi hal ini, tim pengabdi menyampaikan bahwa perbaikan drainase memerlukan sinergi pemerintah daerah, sedangkan peta rawan bencana yang telah dibuat akan menjadi referensi awal bagi pemerintah desa.
Tanggapan lain datang dari Muhammad Yunus selaku Kepala Desa Lumindai. Ia mengungkapkan bahwa selama ini solusi darurat bagi warga terdampak longsor hanya berupa penyediaan terpal. Ia menekankan pentingnya peta evakuasi komprehensif yang memuat jalur penyelamatan dan titik kumpul aman agar warga memiliki pedoman jelas ketika bencana terjadi.

Sebagai aksi nyata dari edukasi mitigasi bencana, Tim Pengabdian Fisika UNP juga melakukan penanaman pohon di area lereng yang tergolong rawan longsor. Aksi ini tidak hanya menjadi simbol kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga bagian dari strategi mitigasi jangka panjang untuk memperkuat kestabilan lereng sekaligus meminimalkan risiko bencana.
Melalui kegiatan ini, Tim Pengabdian Fisika UNP diharapkan mampu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Desa Lumindai melalui edukasi kebencanaan dan pelatihan teknologi pemetaan. Program ini sekaligus menjadi bukti nyata kontribusi perguruan tinggi dalam mendukung pembangunan desa berbasis ilmu pengetahuan, kolaborasi, dan penerapan teknologi yang bermanfaat langsung bagi masyarakat. (h/isr)