Kondisi ini turut dirasakan di lingkungan SMP 13 Pematang Panjang, di mana pihak sekolah melihat adanya kebutuhan mendesak untuk mengawasi aktivitas digital siswa. Dari hal tersebut, salah satu guru meminta mahasiswa KKN Unand Pematang Panjang untuk merancang sebuah aplikasi yang dapat memantau dan merekam histori penggunaan ponsel murid, sehingga potensi penyimpangan dapat diperiksa.
Fakta-fakta ini menjadi sinyal bahwa kemajuan teknologi perlu diimbangi dengan pembentukan karakter digital yang kuat. Remaja tidak hanya perlu dibekali kemampuan teknis dalam menggunakan teknologi, tetapi juga pengetahuan untuk mengidentifikasi risiko, keterampilan berpikir kritis dalam memilah informasi, serta kesadaran akan tanggung jawab sebagai warga digital yang beretika. Kondisi tersebut semakin menegaskan pentingnya hadirnya gerakan SIAP sebagai salah satu pendekatan edukatif yang menyasar langsung kelompok remaja.
Gerakan ini dirancang untuk membekali generasi muda dengan pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan yang memadai agar mereka mampu memanfaatkan teknologi digital secara bijak. SIAP tidak hanya memandang internet sebagai sarana hiburan atau komunikasi semata, melainkan juga sebagai ruang yang kompleks, penuh peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi dengan kecerdasan dan kewaspadaan.
Dalam kerangka ini, remaja diajak memahami bahwa di balik layar gawai yang mereka gunakan setiap hari, terdapat potensi risiko yang nyata mulai dari perundungan online (cyberbullying), pelanggaran privasi akibat penyalahgunaan data pribadi, hingga paparan informasi palsu atau hoaks yang dapat menyesatkan opini dan perilaku.
Oleh karena itu, edukasi yang diberikan oleh mahasiswa KKN UNAND di Pematang Panjang secara khusus menyoroti bahaya cyberbullying, memberikan pemahaman menyeluruh mengenai bentuk-bentuknya, dampak yang ditimbulkan, serta strategi pencegahan agar remaja mampu melindungi diri sekaligus menghargai orang lain di ruang digital.
Edukasi yang diberikan oleh mahasiswa KKN Universitas Andalas di Pematang Panjang tidak hanya berfokus pada isu cyberbullying, tetapi juga merangkum berbagai ancaman digital lainnya yang kerap mengintai remaja. Salah satunya adalah fenomena kecanduan perjudian digital yang sering terselubung dalam bentuk permainan daring berbayar, serta berbagai perilaku menyimpang lainnya di ruang maya.
Kondisi ini semakin memperkuat urgensi pendidikan literasi digital yang komprehensif. Melalui gerakan SIAP, remaja tidak hanya diajarkan cara mengidentifikasi dan menghindari risiko tersebut, tetapi juga dibekali keterampilan praktis seperti melakukan verifikasi informasi, menjaga keamanan akun, mengelola jejak digital, serta mengembangkan etika komunikasi yang sehat di media sosial.
Langkah awal untuk menjadi digital citizen yang bertanggung jawab dimulai dari kesadaran bahwa keamanan dan kenyamanan di dunia maya bukan hanya tanggung jawab pihak berwenang atau platform penyedia layanan, melainkan juga tanggung jawab setiap individu. Dengan kesadaran ini, generasi muda diharapkan dapat menjadi pengguna internet yang produktif, kreatif, dan berintegritas, sekaligus mampu berkontribusi dalam menciptakan ekosistem digital yang aman dan sehat.