Implementasi program SIAP sebaiknya dilakukan melalui kombinasi pendekatan formal, informal, dan digital. Di ranah pendidikan, sekolah bisa memasukkan literasi digital dalam kurikulum, dengan materi tentang etika digital, keamanan online, serta simulasi penanganan kasus cyberbullying. Di luar kelas, kampanye kreatif di media sosial menggunakan tagar seperti #RemajaSIAP dapat melahirkan konten edukatif yang menarik bagi generasi Gen Z.
Pelatihan seperti fact-checking, pengaturan privasi akun, serta pengenalan terhadap digital self-defense juga penting agar remaja tidak mudah terjebak dalam informasi palsu atau konten eksploitasi. Lebih dari itu, kolaborasi antarlembaga dan komunitas menjadi fondasi kuat program ini.
Orang tua perlu dilibatkan untuk mendampingi penggunaan gadget secara sehat, guru dan tokoh masyarakat dapat menjadi penggerak diskusi di lingkungan sekolah dan pihak berwenang seperti Kominfo atau Polri dapat memberikan sosialisasi tentang aspek hukum seperti Undang-Undang ITE. Dalam ranah narkoba dan konten negatif, Badan Narkotika Nasional (BNN) bahkan telah memperkuat strategi pencegahan melalui pelatihan penyuluh serta edukasi berbasis karakter animasi anti-narkoba.
Remaja juga perlu dilibatkan sebagai agent of change bukan hanya sebagai target edukasi. Mereka potensial menjadi influencer positif, pelapor konten berbahaya, atau anggota komunitas digital sehat. Partisipasi aktif ini akan menjadikan gerakan SIAP lebih hidup dan berdampak. Internet kemudian tidak hanya menjadi ruang konsumsi, tapi juga ruang kreatif dan edukatif yang menumbuhkan karakter produktif, kritis, dan bertanggung jawab. (*)
Oleh: Mahasiwa KKN Unand di Pematang Panjang 2025