Dengan pendekatan ini, warga diharapkan tidak hanya menjadi objek wisata, melainkan subjek yang berdaya, mengelola, sekaligus memetik manfaat ekonomi dari industri pariwisata.
Kegiatan UNP ini selaras dengan kebijakan pemerintah mendorong desa wisata berbasis keberlanjutan. Model promosi digital diyakini mampu memperluas jangkauan informasi tanpa biaya besar, sekaligus membuka peluang kerja bagi generasi muda yang akrab dengan teknologi.
Rembulan mengungkapkan, program ini diawali survei dan wawancara untuk memetakan kebutuhan masyarakat. “Banyak pelaku wisata ingin belajar memasarkan kuliner, paket wisata, dan jasa pemandu secara daring. Itu yang menjadi dasar pelatihan kami,” katanya.
Harapannya, pelatihan ini melahirkan kader-kader muda pesisir yang mampu menjadi duta digital Air Bangis. Mereka akan mengelola promosi secara mandiri, membuat konten, dan membangun jaringan promosi wisata berkelanjutan.
“Kami tidak ingin pelatihan berhenti di sini. Warga yang sudah terlatih harus terus mengembangkan keterampilan digital mereka agar Air Bangis bisa semakin dikenal,” kata Rembulan.
Dr. Arischo menambahkan, keberhasilan jangka panjang sangat bergantung pada sinergi dengan pemerintah nagari, dinas pariwisata, dan komunitas lokal. “Kalau semua bergerak bersama, Air Bangis bukan hanya dikenal, tetapi bisa menjadi destinasi unggulan yang ramah lingkungan dan berdaya saing,” ujarnya.
Lewat digitourism, wajah Air Bangis perlahan berubah. Dari desa pesisir yang dahulu hanya mengandalkan keindahan alami, kini masyarakatnya dibekali keterampilan digital untuk menembus pasar wisata lebih luas.
Bagi warga, program ini bukan sekadar pelatihan, tetapi jalan baru menuju kemandirian ekonomi. Bagi Pasaman Barat, ini adalah pintu menuju penguatan identitas sebagai destinasi wisata bahari unggulan di Sumatera Barat (Sumbar). (*)