“Dalam sesi pelatihan yang berlangsung di Balai Nagari Lasi tersebut, kita tegaskan bahwa remaja adalah calon orang tua. Memberdayakan mereka berarti investasi untuk memutus rantai stunting antar generasi,” kata Lisma Evareny di Bukittinggi, Kamis (11/9/2025).
Ia menyebutkan, pascaerupsi Gunung Marapi pada Desember 2023, letusan gunung tersebut tidak hanya berdampak terhadap lingkungan dan lahan pertanian, tapi juga berdampak terhadap kesehatan masyarakat, serta berpotensi terjadinya lonjakan risiko stunting akibat terbatasnya akses pangan bergizi.
Berangkat dari keprihatinan ini, tim pengabdi dari Poltekkes Kemenkes Padang menggulirkan program pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan 8.000 HPK yang berfokus pada pelatihan kader posyandu dan remaja.
Pemberdayaan masyarakat dalam program 8.000 HPK memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan stunting dan pengembangan generasi yang lebih baik.
Dalam program 8.000 HPK, pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui berbagai
kegiatan seperti pendidikan gizi, edukasi kesehatan, dan pengembangan sumber daya manusia.
“Melalui program pemberdayaan ini diharapkan kader posyandu dan remaja menjadi garda terdepan perangi stunting pascaerupsi Gunung Marapi tersebut,” ujar Lisma Evareny.
Lebih lanjut ia menjelaskan, hasil nyata dan komitmen keberlanjutan setelah program pemberdayaan ini adalah terbentuknya kelompok kader “Duta Stunting” dan remaja “Gen-Z Peduli Gizi” yang aktif memantau balita berisiko. Pemantauan dilakukan menggunakan buku KIA yang dimodifikasi.
“Kami tidak ingin program berhenti di sini. Kolaborasi adalah kunci keberlanjutan. Kami juga bersyukur karena Wali Nagari Lasi menyambut baik program ini,” ucapnya.