Dr. Femi Earnestly, M.Si menambahkan, kegiatan ini sejalan dengan prinsip green chemistry dan zero waste economy.
“Kami ingin menunjukkan bahwa limbah rumah tangga seperti minyak jelantah masih bisa diolah menjadi produk bermanfaat. Ini bisa menjadi peluang usaha kecil yang ramah lingkungan dan berdaya saing,” katanya.
Menurutnya, pengolahan minyak jelantah tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga berdampak positif bagi kesehatan dan lingkungan. Minyak jelantah yang dibuang sembarangan dapat mencemari saluran air dan menghambat ekosistem perairan, sementara konsumsi ulang minyak bekas berisiko memicu penyakit degeneratif seperti stroke, jantung, dan hipertensi.
Pada kesempatan yang sama, Direktris Bank Sampah Pasie Nan Tigo, Maivita, mengapresiasi kegiatan tersebut. “Kami jadi lebih paham bagaimana mengatur struktur organisasi dan mencatat keuangan dengan benar. Selain itu, kami senang bisa belajar membuat lilin dan sabun dari bahan bekas. Sangat bermanfaat,” tuturnya.
Sebagai bentuk dukungan keberlanjutan program, tim pengabdian menyerahkan peralatan sederhana untuk produksi sabun dan lilin kepada Bank Sampah.
Program ini termasuk dalam skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat dengan ruang lingkup Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat, didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, tahun anggaran 2025.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat posisi Bank Sampah sebagai penggerak ekonomi kreatif dan pilar penting dalam menjaga kelestarian lingkungan di tingkat masyarakat. (*)