PADANG, HARIANHALUAN.ID – Politeknik Negeri Padang (PNP) menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Desain Model Keterkaitan Kinerja Usaha, Human Capital, Social Capital dan Orientasi Teknologi di Industri Makanan Sumatera Barat. Kegiatan ini merupakan bagian dari penyusunan dokumen implementasi hasil penelitian yang bertujuan mendukung pengembangan sektor UMKM makanan secara berkelanjutan.

FGD ini secara resmi dibuka oleh Wakil Direktur I PNP, Revalin Herdianto, S.T., M.T., dan dimoderatori oleh Wilson Gustiawan, anggota tim peneliti. Kegiatan berlangsung pada Rabu, (22/10/2025) pukul 09.00–13.00 WIB di Ruang Anai, Hotel Truntum, Padang.
Tim peneliti dipimpin oleh Afifah, S.E., M.Si., selaku Ketua Peneliti, bersama anggota tim lainnya yaitu Wilson Gustiawan, Maya Permata Sari, dan Mega Dwi Septivani. Mereka memfasilitasi diskusi yang melibatkan 35 peserta dari berbagai instansi, termasuk Dinas Koperasi dan UMKM Kota Padang, Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kota Padang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat, Bank Syariah Indonesia, akademisi dari UIN Imam Bonjol dan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, serta pelaku UMKM sektor makanan.
Topik utama penelitian ini berfokus pada keterkaitan antara:
– Human Capital: kualitas SDM dan kompetensi kerja
– Social Capital: jejaring sosial, kepercayaan, dan kolaborasi
– Orientasi Teknologi: pemanfaatan dan adaptasi teknologi dalam proses produksi dan pemasaran
Dalam sesi diskusi, pelaku usaha menyampaikan berbagai tantangan, seperti keterbatasan dalam digital marketing, minimnya SDM yang tertarik pada proses produksi, serta kebutuhan akan peralatan produksi yang lebih efisien. Pemerintah daerah menekankan pentingnya legalitas usaha, sertifikasi produk, pembukuan sederhana, dan akses permodalan sebagai fondasi penguatan UMKM.

Yanti Marlina, Perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat menyampaikan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk mendampingi pelaku usaha. Pemerintah juga menyediakan layanan konsultasi, pendampingan pendaftaran merek, dan pengawasan produk yang beredar di pasar. Mereka juga menekankan bahwa pendampingan bukan sekadar tugas, melainkan bentuk ibadah dan kontribusi nyata bagi kemajuan bersama.
Kegiatan ini ditutup dengan ajakan untuk terus memperkuat sinergi antara pemerintah, akademisi, komunitas, dan pelaku usaha. Semangat berbagi ilmu dan pendampingan yang inklusif diharapkan menjadi fondasi bagi kemajuan industri makanan lokal. (*)