Pengalaman tersebut menjadi titik balik dalam pandangannya terhadap dunia internasional. Ia banyak belajar dari pola pikir masyarakat Malaysia yang disiplin dan terbuka.
“Sistem pendidikan di UUM hampir seluruhnya berbahasa Inggris. Selain itu, kebersihan lingkungan dan kesadaran masyarakatnya luar biasa. Banyak hal yang patut kita tiru,” kata Aria.
Namun di balik capaian itu, Aria menyimpan kisah perjuangan yang luar biasa. Terlahir dari keluarga sederhana, ia adalah anak pasangan Barun dan Era Purwanti, yang bekerja sebagai buruh tani. Untuk meringankan beban orang tua, Aria memilih tinggal di Masjid Baiturrahim Lapai, Padang, dan mengabdi sebagai gharin serta imam.
“Rutinitas saya setiap hari adalah membersihkan masjid, menjadi imam, dan mengajar ngaji setelah Subuh. Setiap pekan kami juga mengadakan wirid dan pengajian,” ujarnya dengan nada rendah hati.
Perjuangan itu berbuah manis. Aria kini menjadi penerima Beasiswa Cendekia Baznas 2025, program bergengsi dari Baznas RI yang diberikan kepada mahasiswa aktif dan berprestasi.
“Berkat beasiswa ini, UKT saya sampai semester akhir ditanggung penuh, dan ada bantuan dana penelitian hingga empat juta rupiah. Dari ratusan pendaftar di UNP, hanya 15 orang yang diterima, dan saya salah satunya,” ungkapnya.














